Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Administrasi - Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Gula RI Tak Semanis Dulu

19 April 2021   17:27 Diperbarui: 20 April 2021   06:25 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konon PG Kartasana, telah diduduki Ratu Selatan. Proses ambil alih secara gaib tiada yang tahu. Maka secara ujuk-ujuk satu kampung sekitar PG Kartasana, menjadi kikuk pada hawa mistik di situ.

Yang tersisa dari PG Kartasana, atau PG Jatibarang, adalah cerobong asapnya menjulang menuding langit. Menyisakan bumbungan kenangan kolonialisme dan manisnya gula Indonesia. Berikut lori tua dan lokomotif karat bermandikan tanah dan sulur-sulur.

Selebihnya adalah cerita hantu. Dari hantu lokal, hingga none-none Belanda yang konon sering gentayangan. Apakah misteri serupa, yang membuat, rendemen gula RI selalu buruk di mata menteri perdagangan?

Tak kalah misterinya, seumur-umur, pasca swasembada pangan era Orba dan menjadi importir gula terbesar dunia pada 1930, Indonesia tekuk dengan produk gula impor. Ujung pangkal soalnya dimana, tiada yang tahu secuil pun. Kalau saja tahu, tentu tak begini keadaannya.Misteri !

Maka tersiarlah kabar, holding PTPN I hingga XII. Tujuannya apa? Demi konsolidasi aset. Bila profiling bisnisnya jempolan, maka otomatis reting kredit jadi manis. Bisa dapat modal/dana segar untuk produksi aneka produk pangan termasuk swasembada gula. Baik modal negara dari PMN atau dengan menerbitkan surat utang.

Namun seiring waktu, BPK malah bilang, bukan sembuh dari penyakit, PTPN holding malah tambah bengek. Holding PTPN itu, ternyata bukan solusi untuk peremajaan mesin pabrik gula. Bukan pula meningkatkan kualitas rendemen tebu nasional. Boro-boro on going swasembada. PTPN memang BUMN tua yang dhuafa dan kadung penyakitan

Maka tempo belum lama ini, ketum PAN mencak-mencak soal kedaulatan dan ketahanan pangan RI yang tak awas dan getas. Sudah pasti dia tahu duduk perkaranya, dari hulu hingga hilir. Termasuk perkara industri gula.

Tidak berlebihan, bila pak presiden akan memanggil ketum PAN dalam tempo yang tak begitu lama, sekedar urun rembuk soal kemana arah politik pangan RI. Setujukah?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun