Kalaulah Ahok berniat menertibkan kali Jodoh, mestinya jauh hari ia sudah mempersiapkan kebijakan pasca penggusuran. Bukan ujuk-ujuk setelah riuh di media, baru Ahok ikut memanfaatkan emosi warga Jakarta. Tentu mempersiapkan segala hal untuk menjawab efek turunan pasca penggusuran Kali Jodoh. Kenapa Ahok baru melakukan penggusuran ketika wacana pilgub DKI mulai didengungkan? Seturut dengan Ahok menggusur Kali Jodoh, rupa-rupanya tak disangka ia sedang seiring dengan Front Pembelas Islam (FPI). Ormas yang selama ini vis a vis dengan Ahok kini mulai bergandengan dalam masalah Kali Jodoh.
Meski dalam beberapa aksi FPI tak bisa dikatakan representatif aspirasi ummat Islam, namun lagu-laganya, Ahok sedang berusaha mengambil hati kelompok Islam simbol yang diwakili FPI. Kedekatan Ahok dengan kelompok Islam simbol seperti FPI ini, dalam rangka menepis anggapan, agar ia tak dikira diametral dengan Islam.
Persandingan Ahok dan FPI, secara kasat mata akan dilihat sebagai keintiman Ahok dan kelompok Islam gerakan, dari kejauhan. Tentu bila kela Ahok berhasil menggusur pusat prostitusi Kali Jodoh; meskipun secara represif, tindakan Ahok ini akan diamini para tokoh Islam sebagai keberhasilan Ahok dalam menegakan Amar Ma’rif Nahyi Munkar. Ia akan diapresiasi dan mendapatkan nilai terbaik diantara para gubenrnur DKI yang pernah ada. Meski Sutioso sendiri pernah melakukan hal yang sama.
Tentu tanggapan positif warga Jakarta itu, menjadi insentif politik bagi Ahok. Dengan modal ancungan jempol itu, ia kelak bebas melengang dan mendapat dukungan politik dari kalangan Islam. Paling tidak, Ahok mengambil manfaat politik, meskipun kita disulut pertanyaan, kenapa penggusuran Kali Jodoh baru dilakukan Ahok sekarang? Apakah karena persiapan program pasca penggusuran yang memakan waktu? Atau Ahok sedang menunggu momentum yang tepat agar penggusuran Kali Jodoh mendapat dukungan warga Jakarta?
Apapun itu, kita berharap Ahok bisa memperlakukan warga Kali Jodoh sebagai manusia. Bukan sebagai benda mati yang bisa digusur kapan saja demi pembangunan. Catatan untuk Ahok, manusia adalah subjek pembangunan, karenanya pembangunan dan manusia per se bukanlah dua aspek yang dikomotik.
Pembangunan untuk manusia, karenanya pembangunan selalu mengintegrasikan manusia sebagai entitas pokok dari pembangunan. Tanpa itu, pembangunan akan hadir sebagai konsep mati tanpa orientasi kemanusiaan. Dan dengan itu, demi pembangunan orang boleh mematikan manusia demi pembangunan. Itu yang terjadi pada masa lalu negeri ini. Camkan itu Ahok !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H