UKSW perlu memfasilitasi terbentuknya lingkungan akademis yang dialogis dengan memfasilitasi kelompok-kelompok diskusi. Namun pertanyaan yang mengemukan adalah sejauh mana minat mahasiswa untuk terlibat dalam kelompok diskusi. Karena kerangka berpikir yang tidak berorientasi pada olah pengetahuan dan daya nalar menjadikan kuliah (PBM) menjadi bagian dari pengembang-biakan syahwat hedonisme.
Refleksi atas pembentukan lingkungan akademis adalah kehidupan ber-LK. Sejauh mana dialog dengan mengedepankan nalar dan daya kritis dilakukan dalam setiap aktivitas ber-LK. Apakah adu argument didasarkan pada konsep-konsep pengetahuan menjadi bagian dari kegiatan keseharian dalam mewakili mahasiswa mengurus LK? Kemampuan beradu argument dengan daya nalar membutuhkan proses yaitu membaca. Tanpa membaca argument yang dibangun hanya pokrol atau waton suloyo. Dan hal ini nampak pada kemampuan verbal ketika berkomunikasi menyampaikan gagasan dalam sebuah pembicaraan.
Membaca dan menulis di lingkungan UKSW belum menjadi gaya hidup intelektual. Dan keduanya saling terkait dan berkelindan, membaca akan menghasilkan keinginan untuk menulis karena membuka cakrawala wawasan. Dan menulis akan mendorong untuk membaca lebih, mencari referensi terkait dengan topic atau tema yang sedang ditulis. Menulis tidak harus dipahami hanya sekedar memenuhi kebutuhan kuliah atau program seperti LKTI. Sebagai gaya hidup, menulis berarti riset atau meneliti. Tiada tulisan yang dilakukan tanpa penelitian, sekecil apapun penelitian tersebut dilakukan. Dan membaca adalah bagian dari penelitian tersebut.
Mengembangkan gaya hidup menulis, berarti mengarahkan pada perguruan tinggi yang berbasis riset atau penelitian (research university). Tanpa harus berorientasi pada program sejenis LKTI, UKSW harus mendorong pengembangan media publikasi pemikiran mahasiswa. Pers kampus dalam hal ini perlu dikembang-biakkan, dan sayangnya UKSW belum berbela rasa untuk membangun pers kampus. Bulletin mahasiswa perlu menjadi bagian dari upaya mendorong mahasiswa untuk menulis. Dimana media publikasi menjadi wahana memperoleh apresiasi dari buah pikir, dan bentuk apresiasi tersebut adalah ketika tulisan yang berasal dari buah pikir dibaca oleh khalayak.