Mohon tunggu...
yakub adi krisanto
yakub adi krisanto Mohon Tunggu... -

hanya seorang yang menjelajahi belantara intelektualitas, dan terjebak pada ekstase untuk selalu mendalami pengetahuan dan mencari jawab atas pergumulan kognisi yang menggelegar dalam benak pemikiran.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kecenderungan Kurangnya Minat Mahasiswa dalam Membaca dan Menulis

11 Maret 2011   04:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:53 3694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tema yang diberikan seolah sudah menghakimi bahwa mahasiswa (UKSW) cenderung tidak memiliki minat dalam membaca dan menulis. Pertanyaan yang mengemuka adalah atas dasar apakah penilaian (baca: penghakiman) tersebut terhadap mahasiswa (UKSW)? Apakah penilaian tersebut menjadi fenomena umum pada diri mahasiswa (UKSW) ataukah itu hanya menjangkiti sebagian kecil mahasiswa dari jumlah mahasiswa (UKSW)?

Perabaan atas penilaian dilakukan karena tidak ada indikator mengenai kecenderungan kurangnya minat membaca dan menulis. Pertama, rendahnya jumlah pers mahasiswa. Kedua, rendahnya hasil karya tulis mahasiswa yang terekspose. Ketiga, rendahnya jumlah kelompok diskusi mahasiswa. Keempat, rendahnya jumlah kunjungan mahasiswa ke perpustakaan.

Keempat indikator tersebut dapat dimaknai dari aktualisasi dari bentuk implicit dari rendahnya kesadaran olah intelektual mahasiswa. Olah intelektual sebagai proses pengilmiahan obyek ketertarikan (individu atau kelompok) sangat tergantung dari jumlah bacaan. Kedalaman olah intelektual dan terbukanya cakrawala berpikir akan dipengaruhi interaksi kognitif ketika membaca berbagai literature atau bahan bacaan.

Menulis adalah bagian dari output aktualisasi kegiatan membaca dan menulis. Orang berpikir tanpa membaca maka hasil pemikirannya akan 'membabi buta', tidak mempunyai dasar fakta dengan tingkat argumentasi yang mentah, klaim atas kebenaran (pendapat) dilakukan secara subyektif dan individu ibarat 'katak dalam tempurung'. Orang membaca tanpa kesadaran dan kemauan untuk bersikap kritis atas teks atau naskah yang sedang dibaca akan melahirkan individu mudah dipengaruhi atau terindoktrinasi. Bersikap mempercayai substansi yang dibaca, tanpa keinginan untuk mencari literature untuk membandingkan pemikiran penulis yang dibaca akan terjebak pada penganggungan kebenaran yang tunggal. Artinya bahwa dalam membacapun dibutuhkan daya pikir (kritis) untuk mencerna atau memahami teks yang sedang dibaca.

Hasil bacaan selain menambah pengetahuan, akan menginsipirasi pembaca untuk berpikir tentang substansi yang dibaca. Berpikir terhadap teks dan konteks(tual) dari bahan bacaan terhadap fenomena kekinian menjadi bagian berpikir problematic, sistematis dan solutif. Kegiatan berpikir menjadi bagian olah intelegensi dengan sikap kritis atas informasi dan penerapan informasi pada kenyataan. Dan menulis adalah aktualisasi dari kegiatan berpikir selain dengan berbicara (membangun argument).  Sebagai hasil aktuliasi buah pikir, maka menulis menjadi bagian dari cerminan pikiran kita. Menulis ibarat bercermin, sehingga  yang tidak pernah menulis, berarti tidak pernah memandang cermin. Kegitan menulis akan mendorong untuk membaca (kembali) memperkaya ide dan mendalami gagasan yang sedang ditulis.

Mengapa?

Pertanyaan tersebut menjadi keniscayaan untuk diajukan mengapa minat baca dan menulis mahasiswa (UKSW) rendah? Adakah yang salah dalam proses belajar mengajar? Ataukah memang terjadi  adalah penurunan kualitas mahasiswa dalam berolah pengetahuan? Ada dua faktor yang menjadi penyebab rendahnya minat baca dan tulis mahasiswa. Pertama, adalah faktor intrinsic dan kedua, faktor ekstrinsik.

Faktor intrinsic berkaitan dengan motivasi dari mahasiswa dan proses belajar mengajar yang membentuk 'watak' enggan untuk membaca dan menulis.  Faktor ekstrinsik adalah kurangnya 'ruang' aktualisasi di lingkungan akademis. Kedua faktor tersebut saling berkelindan membentuk watak enggan untuk membaca dan menulis. Penggunaan istilah 'enggan' menggantikan kata 'rendah' bisa merepresentasi situasi sebenarnya yang terjadi di kalangan mahasiswa.

Keengganan mahasiswa untuk membaca dan menulis bukan tanpa sebab atau latar belakang. Faktor intrinsic yang dikemukakan menjadi bagian pembentuk sikap enggan. Mahasiswa tidak termotivasi untuk membaca dan menulis karena memang tidak ada keinginan untuk menambah pengetahuan, membuka wawasan. Ketiadaan keinginan kemungkinan terjadi karena beberapa hal yaitu [1] berkaitan dengan motivasi kuliah; [2] tidak menganggap penting mempunyai pengetahuan atau melengkapi pengetahuan diluar buku teks, handout atau informasi yang disampaikan di dalam kelas; [3] tiada daya kritis untuk menchalenge informasi yang diterima diruang kelas.

Faktor ekstrisik dari rasa enggan menulis dan membaca yang dikemukakan diatas terkait dengan proses belajar-mengajar (PBM) di Perguruan Tinggi yang berorientasi angka daripada substansi pengetahuan/wawasan. PBM dalam konteks membagi dan menimba pengetahuan membutuhkan ketersalingan antara para pihak yang terlibat. Paradigma bahwa dosen pemilik tunggal pengetahuan perlu dibongkar, tetapi pembongkaran tersebut membutuhkan peran mahasiswa yang berpengetahuan dan berwawasan. Mahasiswa perlu membangun daya kritis dan kemampuan mengkomunikasikan buah pikir. Daya kritis dan kemampuan tersebut hanya bisa diperoleh dengan membaca dan menulis.

Kebutuhan akan ruang aktualisasi di lingkungan akademis perlu mendapatkan tempat dalam melihat keengganan mahasiswa membaca dan menulis. Dalam lingkungan akademis, keaktifan olah intelektual nampak pada keberadaan kelompok diskusi dan media publikasi pemikiran mahasiswa. Apakah keberadaan kelompok diskusi sebanding dengan kelompok bakat minat? Apakah media publikasi pemikiran mahasiswa berdampingan sudah menjadi bagian dari proses belajar mengajar?

UKSW perlu memfasilitasi terbentuknya lingkungan akademis yang dialogis dengan memfasilitasi kelompok-kelompok diskusi. Namun pertanyaan yang mengemukan adalah sejauh mana minat mahasiswa untuk terlibat dalam kelompok diskusi. Karena kerangka berpikir yang tidak berorientasi pada olah pengetahuan dan daya nalar menjadikan kuliah (PBM) menjadi bagian dari pengembang-biakan syahwat hedonisme.

Refleksi atas pembentukan lingkungan akademis adalah kehidupan ber-LK. Sejauh mana dialog dengan mengedepankan nalar dan daya kritis dilakukan dalam setiap aktivitas ber-LK. Apakah adu argument didasarkan pada konsep-konsep pengetahuan menjadi bagian dari kegiatan keseharian dalam mewakili mahasiswa mengurus LK? Kemampuan beradu argument dengan daya nalar membutuhkan proses yaitu membaca. Tanpa membaca argument yang dibangun hanya pokrol atau waton suloyo. Dan hal ini nampak pada kemampuan verbal ketika berkomunikasi menyampaikan gagasan  dalam sebuah pembicaraan.

Membaca dan menulis di lingkungan UKSW belum menjadi gaya hidup intelektual. Dan keduanya saling terkait dan berkelindan, membaca akan menghasilkan keinginan untuk menulis karena membuka cakrawala wawasan. Dan menulis akan mendorong untuk membaca lebih, mencari referensi terkait dengan topic atau tema yang sedang ditulis. Menulis tidak harus dipahami hanya sekedar memenuhi kebutuhan kuliah atau program seperti LKTI. Sebagai gaya hidup, menulis berarti riset atau meneliti. Tiada tulisan yang dilakukan tanpa penelitian, sekecil apapun penelitian tersebut dilakukan. Dan membaca adalah bagian dari penelitian tersebut.

Mengembangkan gaya hidup menulis, berarti mengarahkan pada perguruan tinggi yang berbasis riset atau penelitian (research university). Tanpa harus berorientasi pada program sejenis LKTI, UKSW harus mendorong pengembangan media publikasi pemikiran mahasiswa. Pers kampus dalam hal ini perlu dikembang-biakkan, dan sayangnya UKSW belum berbela rasa untuk membangun pers kampus. Bulletin mahasiswa perlu menjadi bagian dari upaya mendorong mahasiswa untuk menulis. Dimana media publikasi menjadi wahana memperoleh apresiasi dari buah pikir, dan bentuk apresiasi tersebut adalah ketika tulisan yang berasal dari buah pikir dibaca oleh khalayak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun