juga bersama kami hidup seorang adik istriku yang tinggal untuk sekolah ... Ya hidup ku susah berfikir untuk nafkahi istri dan anak.
tahun pun berlalu,aku tak pernah mendengar kabar orang tuaku ...ayah angkatku yang menjagaku waktu SMP meninggal aku tak tau  jadi aku rindu keluargaku hampir 20 tahun aku hidup terpisah dari mereka, tiba saat dan waktu dimana adik ke 2 dari aku harus aku jemput hidup bersamakuÂ
Ya ... Sebenarnya ia kena masalah jadi aku membawanya jauh daripada masalah itu, beberapa minggu kemudian akupun membawah adik yang kedua.. aku denang akhirnya aku bisa ada keluarga ...ya sampai- sampai aku tidak berfikir akan kekurangan dan kesusahan lainya.. Aku hanya tau aku punya keluarga dan saudara bersamaku itu buat aku senang....... Namun tidaklah demikian bagi istri.
Orang -orang yang ya saya si maklum aja ia yang tau banyak tentang kekurangan ..akan tetapi ini jadi beban yang sangat berat baginya. Ia selalu marah ...oleh karena aku membawah kedua adikku datang dan tinggal bersamaku.Â
Padahal bersama kami ada adiknya yang harus jadi tanggung jawab belum lagi anak kami ... Ia anak kami mengalami kurang gizi ..akan tetapi ia kuat.. Dan sangat kuat fisiknya ya itu karena ia makan nasi dan tea ...karena keterbatasan keuangan kami..
Selama hidup dengan istri, anak, dan ketiga adik. Aku tau istri marah dan tak terimah kedua adikku bersama kami. Sebab makin berat .. Apalagi teman, keluarga, saudara, istriku yang kaya dan miliki banyak uang  membicarakan aku yang tinggal susah tak seperti mereka yang kemudian membawah kedua adikku untuk menghilamgkan rasa rindu keluarga selama 20 tahun tinggal menjadi beban baginya .
Untuk kisah lanjudnya akan disajikan di artikel 02 KISAHKU
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H