Dalam sebuah legenda, seorang raja muda mengambil gelas kristal kecil yang berisi minuman beraroma khas. Meletakan gelas krital itu dihadapannya. Lalu, Ia duduk dengan kaki bersila dan posisi badan tegak. Memandang gelas kristal itu. Â Ia mengambil sikap kontemplasi. Menarik nafas dan menghembuskan kembali beberapa saat kemudian. Ia lakukan berulang-ulang. Aroma khas yang keluar dari secangkir gelas kristal kecil dihadapannya turut menyatu dengan alam semesta. Ia menghirup seluruh udara yang ada disekelilingnya. Ia menghirup energi alam semesta. Seluruh galaksi, menyatu dalam dirinya.
Sebelum berada di dalam gelas kristal itu, aroma itu telah melalui jalan panjang. Melewati serabut akar pohon enau dan naik melalui kapiler-kapiler dan sampai ke tandan buah. Jalan panjang aroma tersebut bersama air melewati selaput membran dan bergerak oleh adanya perbedaan tekanan osmosis serta  gaya gravitasi bulan. Turut serta unsur hara. Unsur hara dalam tanah yang menciptakan  aroma.  Aroma  yang dihasilkan itu memberikan gagasan bagi Raja Muda  untuk  memberikan hikmat bagi yang lain. Â
Sang Raja Muda merencakan  membuat sebuah pesta. Pesta untuk menghormati pasukan dan rakyatnya.  Pesta untuk ucapan syukur atas ketaatan pasukan dan rakyatnya  yang telah mengabdi pada kerajaan, walau dalam kondisi sulit.
Sebelum pesta dilangsukan.  Lebih jauh kebelakang melihat sejarah alkohol yang telah ada sejak 10.000 SM. Jejak alkohol ditemukan dalam sebuah kendi untuk ramuan obat. Sejarah minuman beralkohol juga  dapat dibaca dalam kitab suci agama-agama. Dalam kita suci, ada yang melarang dan ada yang membatasinya, tidak meminumnya secara berlebihan.  Selain itu ditemukan bukti-bukti pada jaman prasejarah di kebudayaan Cina, Iran, Turki, Spanyol dan beberapa wilayah lainnya di dunia. Â
Sejarah panjang minuman aroma khas  diatas membuat Sang Raja Muda memahami akan arti minuman tersebut. Sang Raja Muda memahami adanya tradisi serupa dibelahan bumi yang lain. Minuman ini kini memiliki makna sosialogis.
Dalam budaya Flores dan Nusa Tenggara, minuman sosiologis ini dinamai moke. Moke  bukan hal yang asing dan tabu. Minuman pemersatu bangsa ini, dijumpai hampir di semua budaya  Flores Nusa Tenggara.
Moke adalah minuman tradisional yang bersumber dari hasil iris buah pohon enau. Nira yang dihasilkan kemudian disuling. Proses penyulingan secara  tradisional. Dibeberapa wilayah Flores Nusa Tenggara  aroma  minuman ini  dapat menggambarkan wilayah produksinya. Â
Resep racikannya diwariskan secara turun temurun.  Moke warisan leluhur ini, memiliki nilai cita rasa khas Flores Nusa Tenggara. Meminum segelas moke, memiliki makna membayangkan  cita rasa alam dan  kebudayaan Flores Nusa Tenggara. Dalam tradisi budaya Flores, minuman ini juga disajikan pada penyambutan tamu istimewa sebagai ungkapan  selamat datang.
Dalam budaya keseharian, moke akan sangat nikmat apabila diminum beramai-ramai (disebut melingkar) dengan cara ini anda akan menikmati moke dengan penuh rasa kekeluargaan, persaudaraan, keramahan khas orang Flores, obrolan penuh kejujuran dan tentunya dengan humor-humor khasnya, dengan cara seperti ini dijamin anda tidak akan keluar dari lingkaran. Dalam kadar yang tepat, moke dapat digunakan sebagai minuman anti bakteri dan minuman penambah stamina serta obat susah hati.
Moke sebagaimana alkohol, memberi energi lebih banyak dibandingkan  karbohidrat (7,1 kcal/gram: 4 kcal/gram). Energi yang dihasilkan ini tidak mengandung zat  nutrient lain seperti mineral, protein, vitamin, hal ini menyebabkan  seorang peminum alkohol merasa dirinya bertenaga, namun berrisiko mengalami malnutrisi (Pamela dan Henry, 2009).
Sebagai obat susah hati, Sang Raja Muda mengingat pesan ibunya untuk melaksanakan pesta rakyat. Berikanlah moke itu  kepada yang susah hati. Biarlah ia minum agar merilekskan pikiran dan  tidak  terus menerus tenggelam  dalam kesusahannya. Nasihat sang ibu kepada Sang Raja Muda, saat dimana dimasa itu, terjadi musim kemarau yang panjang. Kemarau panjang yang menyebabkan kelangkaan pangan.  Dimana ada sebagian warga yang hidup dalam kesulitan.
Kesulitan  yang menyebabkan adanya susah hati. Susah hati yang tidak ada obat medisnya. Obatnya dengan  berdoa dua kali, berdoa dengan cara memuji dan menyembah Sang Pencita. Obatnya dengan rileks sejenak. Dengan pesta dapat membuat suasana hati menjadi rileks.
Demi mewujudkan pesan Sang Ibu, Sang Raja Muda membuat pesta untuk rakyatnya. Iapun tidak lupa  menyediakan moke  dengan  tujuan untuk menghilangkan merilekskan suasana hati.  Namun, meminum moke bukan untuk menjadikan suatu kebiasaan.  Terutama minum sampai mabuk, namun minum secukupnya  untuk merilekskan pikiran.
Sang Ibu juga  memberikan nasihat kepada Sang  Raja Muda.  Sebagai pemimpin untuk bertanggungjawab, agar  menyediakan  makanan  lezat untuk rakyatnya  serta sebagai Sang Raja Muda untuk tidak mabuk-mabukan. Â
Nasehat sang ibu ini karena  bereaksi terhadap kondisi kemewahan Sang Raja dan Pemimpin serta membandingkan dengan apa yang terjadi pada sebagian masyarakat.  Pada masa itu,  kemiskinan adalah suatu realitas yang ada dalam masyarakat.  Dengan adanya pesta rakyat,  agar Raja Muda selalu dekat dengan rakyatnya dan  mengingatkannya  bahwa masih banyak rakyat yang hidup dalam kesusahan. Â
Lalu tibalah hari pesta. Dihari pesta yang dipenuhi dengan hidangan makanan lezat, Sang Raja Muda memberikan sambutannya. Ia mengambil segelas aroma moke, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi, mari kita nikmati sajian di pesta ini saudaraku. Lalu, menghormati rakyatnya dengan membungkukan badannya.Â
Semoga moke yang telah menjadi penolong ekonomi kecil ini, dimaknai lebih oleh rakyatnya. Bukan untuk mabuk-mabukan. Moke adalah sebuah kisah sosiologis Flores Nusa Tenggara diantara peradaban lain.  Moke bukan saja kisah kesulitan di enam dekade  NTT. Moke lebih dimaknai sebagai kekayaan budaya nusantara diantara bir, rum, gin dan vodka. Alat pemersatu, dan minuman Sang Raja Muda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H