Mohon tunggu...
yakobus s m
yakobus s m Mohon Tunggu... Konsultan - Wisata Lestari Owner

SDGs Award

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Manatap Kedepan, Nagekeo sebagai Tanah Perjanjian Baru

5 April 2023   12:03 Diperbarui: 5 April 2023   12:07 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Air begitu berharga bagi kehidupan masyarakat NTT. Selayang pandang pada tahun 200an awal kita mendengar dan menonton iklan program air oleh sebuah perusahaan multinasional. Iklan yang diperankan oleh seorang bocah kecil berambut keriting dari wilayah di NTT. "Sekarang, sumber air su (sudah) dekat karena mudah ambil air, katong (kita orang/kami) bisa hidup sehat...."

Wilayah dengan curah hujan terendah di Indonesia ini, oleh petani di NTT seakan tak ingin airnya mengalir sampai jauh ke laut. Memang, di musim penghujan air mengalir sampai jauh serta volume air berlimpah dan  terkadang banjir. Namun, di musim kemarau debit air mengecil dan mengering. Daerah yang memiliki tingkat kemarau terpanjang di Indonesia ini, tak rela membiarkan air sungai terbuang kelaut.

Nagekeo yang sebelumnya berada di wilayah Bajawa, mulai berdiri sendiri tahun 2007. Masih tergolong muda, namun sebagai bagian dari wilayah NTT, Nagekeo berkembang dengan pertumbuhan ekoomi yang hampir sama dengan wilayah lainnya.   Dalam enam dekade NTT,  pertumbuhan ekonomi NTT naik perlahan, hal ini juga digambarkan dengan kabupaten kota lainnya termasuk nagekeo. Kenaikan PAD NTT hampir datar.

NTT memiliki gini ratio 3,36  dan angka stunting yang tinggi dengan jumlah penduduk miskin sekitar 20 % dari total penduduk sekitar 5,3 juta. Dari sekitar satu juta tersebut hampir Dengan mayoritas masyarakat adalah petani dan peternak, pengerak ekonomi pertanian dan peternakan menjadi pendokrak utama untuk peningkatan pendapatan masyarakat dan variable pertumbuhan ekonomi.

Data BPS menunjukan, persentase penduduk miskin Nagekeo sebesar 11,76 persen. Terendah kedua  setelah kota Kupang sebesar 9,23 persen. Namun, secara kuantitatif, Nagekeo memiliki jumlah penduduk miskin terendah dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di NTT. Jumlah penduduk miskin terendah, namun angka ini tidak berbanding lurus dengan Pendapatan asli daerah dan pendapatan perkapita.  Jika dibandingkan dengan pendapat perkapita wilayah di Jawa Tengah 3.2 juta perbulan dan  nasional 5,2 juta perbulan, Nagekeo 2,2 juta perbulan.  Belum cukup tinggi untuk mengurangi angka stunting.

Namun, Kedepan Nagekeo memiliki harapan baru. Nagekeo dapat menjadi  "Tanah Perjanjian Baru" untuk wilayah Flores. Adanya kebijakan Jokowi membangun 65 bendungan sampai saat ini. Diantaranya membangun 9 bendungan di NTT, termasuk bendungan Lambo di Nagekeo. Kebijakan ini sangat memperhatikan permasalahan wilayah Nusa Tenggara Timur. Permasalahan kekeringan dan minimnya kesempatan kerja.  

Dengan lama waktu sinar matahari yang lebih banyak dan adanya peluang pasokan air dari Bendungan Lambo, Nagekeo  menjadi peluang investai baru yang menjanjikan.  Khususnya di sektor pertanian dan peternakan. Nagekeo yang semula menjadi Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu, kedepan akan semakin terwujud.

Dari informasi di situs kementrian PUPR, Bendungan Mbay/Lambo ini membutuhkan lahan sekitar 592 Ha dengan kapasitas 51,74 Juta M3 Bendungan ini akan memberikan manfaat irigasi terhadap 5.898,6 Ha, selain itu penyediaan air baku 205 lt/dt, dan pengendalian banjir dengan debit 283,33 M3/dt pada daerah hilir bendungan di Kec. Aesesa Kab. Nagekeo. Area terdampak meliputi Desa Rendubutowe Kec. Aesesa Selatan, Desa Labulewa Kec. Aesesa dan Desa Ulupulu Kecamatan Nangaroro.

Dengan memperhatikan kondisi global dan luasan yang akan mendapat manfaat irigasi, Nagekeo dapat menjadi wilayah pengembangan pertanian dan peternakan skala industri.  Untuk menarik minat investasi besar, diperlukan upaya-upaya persiapan seperti  infrastruktur yang memadai. Listrik, air, pelabuhan dan bandara serta tatakelola perinjinan dan serta iklim investasi yang kondisif. Semua hal tersebut hampir terpenuhi.

Iklim investasi yang kondusif menjadi peran semua stakeholder. Fungsi pemerintah menjadi fasilitator untuk menjaring aspirasi stakeholder dan memformulasikan dengan tujuan besar untuk menciptakan masyarakat Nagekeo sesuai dengan cita-cita kemerdekaan. Termasuk juga agar tidak terjadi konflik kepentingan diantara pemangku kepentingan yang dapat menghambat kepercayaan investor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun