“Oh ok, Bi,” ibu pun pergi meninggalkan kami.
“Frater juga pamit pulang ya.”
“Oh iya, Frater.”
“Jangan lupa sebentar sore,” ucap frater seraya berjalan pulang menyusuri lorong di depan rumah ku.
“Ok, Frater,” jawabku sambil menekuk secangkir kopi di depan ku.
***
Senja pun tiba tepat pada pukul tiga sore Aku berjalan bersama Frater Andris dan teman-teman yang lain, berjalan menyusuri jalan desa yang sempit menuju ke lapangan. Pada pukul setengah empat pertandingan pun di mulai dan berakhir pada pukul enam tepat.
Seusai bermain bola kami duduk di lapangan bola kaki dengan santai, menikmati keindahan langit senja di baluti awan kemerah-merahan.
Frater Andris banyak bercerita tentang pengelaman pribadinya dan motivasi panggilanya.
Banyak sekali hal-hal menarik yang di ceritakannya, hingga membuat aku tertarik untuk masuk ke seminari. Salah satu cerita yang membuat Aku tertarik untuk masuk ke seminari, yaitu pada saat Frater Andris menceritakan tentang pengembangan bakat dan minat di seminari. Salah satunya adalah teater. Aku sangat suka teater dan Aku mau mengembangkannya di seminari.
Setelah berbincang beberapa lama, Frater Andrispun bertanya kepadaku. “Di mana sekolah pilihanmu, untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi?”