Nicky meminum air putih lalu mengelap mulutnya dengan tisu, "minta kuncinya pada Jaya!" Liana langsung tersenyum girang, "oya, aku menelpon Sinta. Dia akan datang untuk menemanimu, dan satu hal....aku tidak mau dengar lagi kau masih memaksa untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Jika menurutmu tiga pembantu dan dua tukang kebun tidak cukup sehingga kau harus membantu mereka, aku bisa menambahnya!" Â
"Tapi....!"
"Jangan membantah jika kau masih ingin masuk ke kamar kakek!" tegas Nicky tanpa menatap Liana, ia langsung berdiri dan memungut tas kerjanya. Bergegas untuk pergi ke kantor, Liana hanya terdiam di tempatnya.
* * *
Nicky memikirkan sedikit perubahan sikap istrinya, apakah Liana mulai pulih? Dia sudah mulai memasang senyum di wajahnya. Dan mulai berani meminta sesuatu darinya, itu bagus meski tetap saja masih membuatnya khawatir.
"Jal, setelah aku sampai kau bisa kembali ke rumah, mungkin saja.... Liana mau jalan-jalan keluar!" Rizal sedikit bingung, "jalan-jalan keluar?" desisnya, "paling dia akan menghabiskan waktu di taman bunga!"
"Aku meminta Sinta datang ke rumah, mungkin saja mereka ingin keluar. Aku tidak mau dia pergi tanpa mengawalan!"
"Kalau dia di rumah saja bagaimana?"
"Kau tahu apa yang harus kau lakukan!"
"Lalu, apa aku harus menjemputmu pulang kantor nanti?"
"Tak perlu, aku bisa pulang dengan mobil kantor nanti, jika ada sesuatu hubungi saja aku!" pesannya, "ok, apakah ada yang aneh hari ini?" tanya Rizal.