Hai perkenalkan namaku Sumanto. Banyak orang yang termakan hoax tentang diriku. Aku mengetahui dalang dari penyebar hoax itu.
Ini dia si penyebar hoax itu. Perkenalkan namanya Jahaly. Dia merupakan tetangga satu komplek denganku. Sifatnya bisa di bilang sangat-sangat menjengkelkan.
Ketika aku sedang menyapu teras rumahku pada pagi hari, Jahaly lewat. Tanpa ada sebab apapun, tiba-tiba Jahaly menghinaku dengan fitnah.
"Dasar kanibal! Takut aku sama nih orang." Katanya dengan wajah jutek kepadaku.
Mendengar hal itu, tetangga samping rumahku keluar dari rumahnya dengan cepat. Seketika tetanggaku tadi sudah berada di hadapan Jahaly dengan wajahnya yang tampak marah.
Lalu tetanggaku itu berkata, "Tutup mulutmu itu dasar manusia biadab!"
Oh iya, aku lupa memperkenalkan tetanggaku ini. Namanya Iskandar J. Hanya dia satu-satunya orang yang mau bertetangga denganku dan tidak peduli tentang hoax yang menyebar.
Keadaan menjadi menegangkan bagi Jahly. Sampai badannya menggigil ketakutan melihat Iskandar.
"Ak aak aak, aku cuman berbicara dengan si si Sumanto." Katanya dengan takut.
"Sudah lah Is, aku sudah biasa di perlakukan seperti itu. Dia hanya sampah masyarakat yang tidak berpendidikan." Kataku kepada Iskandar sembari menenangkannya.
Selepas kejadian kemarin, besoknya saat aku sedang sarapan, tiba-tiba Jahaly & para warga menorobos masuk ke dalam rumahku! Tanpa mengucapkan permisi atau mengetok pintu mereka main masuk saja.
"Kalian lihat!" Teriak Jahaly sembari menunjuk ke arah ku.
"Dia adalah Sumanto kanibal!" Teriaknya lagi.
Iskandar yang sedang berada di dalam rumahnya mendengar kebisingan. Lalu ia bergegas datang ke rumahku. Sesampainya di rumahku ia heran melihat para warga yang datang. Ia juga merasa marah saat melihat batang hidung si Jahaly di rumahku.
"Hei! Mengapa kalian datang beramai-ramai ke sini?" Tanya Iskandar kepada para warga.
"Kami ingin mencari bukti bahwa Sumanto itu kanibal" kata seorang warga.
"Kata Jahaly ia kanibal yang kejam!" Timpa warga lain.
Dalam keadaan ricuh tersebut, aku tetap berusaha menghabiskan sarapanku terlebih dulu. Sembari sarapan aku mendengarkan ocehan dan percakapan orang-orang yabg berada di rumahku itu.
Selesai sarapan aku berdiri dan mulai berbicara.
"Jadi itu tujuan kalian kemari? Baiklah, silahkan kalian obrak abrik rumahku ini. Supaya hati kalian merasa puas." Ucapku kepada para warga.
Seketika para warga mencari-cari bukti untuk menyatakan aku kanibal. Dari ruang tamu, ruang makan, dapur, toilet, semuanya di obrak abrik.
Akhirnya tidak ada bukti seperti daging, darah, dan lain-lain yang menyatakan aku kanibal. Melainkan hanya ada sayur-sayuran buah-buahan dan beberapa minuman kaleng yang mereka temukan.
"Apa kalian menemukannya?" Tanyaku agak kesal kepada para warga.
"Maaf Sumanto kami telah berburuk sangka dan termakan hoax dari si mulut biadab ini." Kata seorang warga.
"Ya benar, seharunya kami tidak percaya kepada si mulut biadab ini." Ucap salah seorang yang lain.
Keadaan membuat Jahaly menjadi panik.
"Emm, anu, eee, maafkan aku Sumanto aku tidak bermaksud jahat kepada mu. Tapi aku hanya sedikit curiga kepadamu." Kata Jahaly dengan nada memelas.
"Awas saja kau berani mengulangi nya lagi! Akan ku buat kau menderita!" Hentakku sedikit keras kepada Jahaly.
Begitulah kisahku yang di anggap sebagai kanibal.
Sebelum menerima berita atau kabar, sebaiknya kita memeriksa kepastiannya terlebih dahulu. Belum tentu berita itu 100% benar adanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H