Aku baru saja menurunkan Indra dan Linda di sebuah cafe di sudut jalan itu. "yuk" kata Yanti yang duduk disebelahku tanpa ekspresi. Pandangannya tak lepas dari cermin kecil di tangan kirinya itu seraya mengoleskan lipstik merah di bibirnya. Aku tak tahu apakah lipstik itu berjenis matte kissproof yang konon katanya kalau ngekiss, bekas lipstiknya itu dijamin tidak akan hijrah ke bibir sebelah, ke dagu, pipi, leher ataupun ke kemeja misalnya. Istilah kerennya bebas transfer gitu...
Kata "yuk" itu kemudian membuyarkan fantasi liarku ketika menatap bibir seksi itu. Kata orang bijak, fantasi liar itu boleh-boleh saja selama ia tetap berada di dalam koridor. Tetapi sumpah, sampai dua dekade berlalu, aku tak pernah tahu juga batas-batas dari koridor itu...
Indra ini masih terhitung sepupuku, dan Linda itu adalah gebetannya. Rupanya tanpa bantuan dari Yanti, Linda tidak diizinkan bokapnya keluar rumah pada malam hari. Maklum lah namanya juga anak remaja sekolahan. Walhasil Indra kemudian mengajakku juga bersama untuk menemani Yanti.
Tiga kali sudah acara malming berempat ini kami lalui, dan aku mulai bosan mengikutinya. Yanti ternyata bosan juga. Menurutnya acara malming itu terlalu mainstream, membuatnya kehilangan mood. Akhirnya pada malming keempat kami putuskan untuk jalan masing-masing saja. Indra dengan Linda, aku dengan Yanti. Â Â
Sebelumnya aku sudah diwanti-wanti oleh Indra supaya jangan sampai jatuh hati kepada Yanti. "Dia itu heartbreaker, pembosen dan bukan pacar yang baik. Tetapi boleh lah untuk senang-senang" kata Indra tertawa ketika itu. Yanti sepertinya bukan tipeku, apalagi dia suka gonta-ganti pacar. Gosipnya dia itu pernah hamil juga, buset...
Sudah dua jam kami muter-muter. Dulu itu di kalangan remaja ada istilah JJS (Jalan-Jalan Sore) JJS ini jelas beda dengan BBS (Bobo-Bobo Siang) yang populer di kalangan om-om ataupun tante-tante. JJMM (Jalan-Jalan Malam Minggu) ini membuatku sedikit grogi. Kebayang kan kalau seorang jomblo JJMM di samping seorang cewe yang lipstiknya itu berjenis bebas transfer gitu...
Biasanya Yanti ini selalu rame dengan celotehannya yang tidak pernah berhenti. Tapi kali ini dia lebih banyak diem. Sesekali ia menatapku dengan tatapan yang menurutku rada aneh. Jelas aku dapat melihatnya dari ekor mataku. Waktu sudah menunjukkan pukul 21.30. Aku kemudian bersiap menuju titik penjemputan Indra dan Linda.
Tetiba suara lembut Yanti memecah keheningan. "Ferry, aku mau minta sesuatu, tapi kamu jangan ketawa atau marah ya.."
"What?" apaan ini bisikku dalam hati. "Kamu mau apa Yan, ngomong aja, aku janji gak marah atau ketawa..." Akhir kalimatku terasa bergetar menahan tawa. Sungguh, baru kali ini aku mendengar request seaneh ini...
"Janji ya!" katanya separuh harap separuh mengancam!
"Iya" kataku separuh nafas, takut kalau-kalau permintaan Yanti itu bisa mengancam sistim pernafasanku.