Mohon tunggu...
Aditya Anggara
Aditya Anggara Mohon Tunggu... Akuntan - Belajar lewat menulis...

Bio

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Klopp Sia-siakan Peluang Liverpool Meraih Trofi

8 Februari 2019   00:43 Diperbarui: 8 Februari 2019   00:54 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jurgen Klopp, sumber : panditfootball.com

"Kesempatan emas itu hanya datang sekali, jangan pernah menyia-nyiakannya"

Musim 2018-2019 adalah musim terbaik bagi Klopp untuk meraih gelar EPL pertama baginya. Betapa tidak, para saingannya sesama penghuni top six seperti duo Manchester, City dan United, Arsenal, Chelsea dan Hotspur dilanda berbagai masalah. Akhirnya Liverpool bisa melenggang sendirian di puncak klasemen dengan status unbeatable hingga akhir tahun kemarin.

Liverpool musim ini terlihat lebih seimbang walaupun tak seganas musim lalu. Sampai akhir tahun 2018 Liverpool belum terkalahkan dengan kebobolan cuma satu digit! Alisson dan van Dijk kemudian dipuja sebagai pahlawan dibalik prestasi tersebut, membuat para Kopites termasuk Klopp sendiri terlena. Saya menaruh respek kepada keduanya. Tetapi bukan mereka berdua saja dibalik solidnya lini belakang Liverpool selama ini.

Benarkah demikian? Mari kita lihat ulasannya dibawah ini (tentu saja tiap individu bisa punya ulasan berbeda)

Saya ingin merujuk kepada 12 pertandingan terakhir Liverpool (disemua ajang) dengan membaginya kepada dua periode, yaitu periode I (6 pertandingan dari 8/12/2018 hingga 30/12/2018) dan periode II (6 pertandingan dari 4/1/2019 hingga 5/2/2019) dimana fokus saya hanya kepada sektor belakang saja, karena sektor ini bisa menjadi pembeda apakah Liverpool nantinya meraih trofi EPL atau Manchester City...

Pada periode I, Liverpool menghadapi Bournemouth (menang 4-0) Napoli (menang 1-0, Liga Champion) Manchester United (menang 3-1) Wolves (menang 2-0) Newcastle (menang 4-0) dan Arsenal (menang 5-1) Pada periode ini Liverpool membobol gawang lawan sebanyak 19 kali dan kemasukan hanya 2 kali saja.

Pada periode II, Liverpool menghadapi Manchester City (kalah 1-2) Wolves (kalah 1-2) Brighton (menang 1-0) Crystal Palace (menang 4-3) Leicester City (seri 1-1) dan Westham (seri 1-1) Pada periode kedua ini Liverpool hanya mampu membobol gawang lawan sebanyak 9 kali dan kemasukan 9 kali juga!

Dengan melihat statistik Liverpool di kedua periode itu, kita pantas bertanya, ada apa dengan kamu Klopp? sebab di luar pertandingan Piala FA kala bersua dengan Wolves, duet Alisson dan van Dijk ini selalu bermain. Lalu siapa yang tidak bermain di periode kedua tersebut? Jawabnya adalah, sang bintang yang luput dari perhatian publik, yaitu Joe Gomez dan Trent Alexander Arnold!

Joe Gomez mengalami patah tulang kaki kiri pada awal Desember, sedangkan Arnold cedera lutut pada Januari. Dalam laga melawan Brighton tersebut, sebenarnya Arnold tidak fit karena terlalu sering dimainkan. Akan tetapi karena Klopp tetap memaksakan Arnold untuk bermain, maka cederanya kemudian semakin parah. Klopp kemudian memainkan Milner untuk menggantikan Arnold.

Sebenarnya rapor Milner tidak buruk. Ketika menghadapi West Ham kemarin, Milner membuat asis bagi Mane. Rekor asisnya kini bahkan melampaui David Beckham. Sofascore memberi nilai 7,8 (tertinggi dalam laga tersebut) melampaui skor pencetak gol, Sadio Mane (7,7) Walaupun posisi aslinya sebagai gelandang bertahan, Milner juga lama ditempatkan Klopp di posisi bek kiri!

Liverpool ini ibarat tikus mati di lumbung padi. Sejatinya Liverpool memiliki tiga bek kanan berkualitas hebat karena ketiganya adalah anggota timnas Inggris. Nathaniel Clyne adalah pemilik pertama pos bek kanan Liverpool dan juga timnas Inggris.  Clyne kemudian cedera dan beristirahat lama. Joe Gomez kemudian menggantikan Clyne. Karena bermain bagus, Gomez kemudian masuk timnas Inggris juga.

Sebelum Clyne benar-benar pulih, Arnold kemudian datang untuk memberi tekanan kepada Gomez. Arnold kemudian berhasil mengkudeta posisi bek kanan Liverpool dan juga timnas Inggris dari Gomez! Klopp kemudian menggeser Gomez ke tengah untuk berduet dengan van Dijk. Duet Gomez dan van Dijk kemudian menjadi kuntji keberhasilan Alisson untuk membuat cleansheet! Ketika Clyne sudah sembuh, dia kemudian menjadi pengangguran...

Kelebihan Gomez ada pada kecepatan dan staminanya yang prima untuk adu cepat dengan penyerang lawan. Gomez dan van Dijk ini saling melengkapi. van Dijk dengan ketenangannya dalam mengorganisasi pertahanan, sedangkan Gomez dengan kecepatannya untuk mengkover wilayah pertahanan tengah dan kanan.  Gomez juga menjadi pelapis Arnold di posisi bek kanan.

Awal Januari Klopp sudah kehilangan Gomez, Lovren dan Matip karena cedera. Sebenarnya Klopp punya kesempatan untuk menambal kekuatan skuatnya hingga akhir Januari. Alih-alih membeli atau meminjam pemain, Klopp malah meminjamkan Clyne dan melepas Dominic Solanke! Itu artinya Arnold tidak punya pelapis lagi. Ketika Arnold kemudian tumbang, Klopp kemudian menarik seorang gelandang untuk menambal posisi itu!

Sulit untuk memahami jalan pikiran Klopp. Sejatinya Robertson di posisi bek kiri juga tidak punya pelapis sepadan. Pelapisnya, Moreno sering terlihat "kurang minum." Akhirnya kalau Robertson tidak bisa bermain, maka Klopp akan menaruh Milner pada posisi tersebut. kalau mobil, Milner itu ibaratnya ban serap yang memakai ban dalam. kalau terkena ranjau paku, maka ban kiri belakang itu seketika akan mampus!

Saya tidak bisa membayangkan, apakah Liverpool masih bisa bermain di Liga Champion tahun depan sekiranya Robertson, van Dijk dan Arnold tidak bisa bermain hingga akhir musim. Liverpool kini praktis hanya memiliki dua bek berkelas saja, dimana Robertson penampilannya juga sudah mulai menurun karena terlalu sering dimainkan. Kini bek tengah, Joe Matip sudah bisa bermain lagi. Tapi ia tidak sebaik Gomez.

City kini berada di puncak klasemen setelah berhasil menumbangkan tuan rumah Everton dengan skor 2-0. City dan Liverpool itu setara kualitasnya. Perbedaan keduanya terletak pada cara pendekatan pelatih dalam menangani masalah. Pep bisa membayangkan masalah yang akan terjadi dan kemudian mencari solusi untuk mengatasinya. Klopp tidak bisa membayangkan sebuah masalah sebelum masalah itu datang membegalnya!

Solusi Pep dalam menangani masalah adalah dengan menambahkan jumlah pemain berkualitas di dalam skuatnya. Dalam skuat Pep tidak ada pemain cadangan, karena semuanya adalah pemain inti! Line-up pemain yang akan turun diatur berdasarkan kebutuhan terkait strategi permainan. Solusi Klopp untuk setiap masalah sangat sederhana, yaitu dengan menyediakan sebuah "ban serap."

Klopp sudah memilih tim intinya sendiri untuk menerapkan pakem gegenpressing idamannya. Ibarat mobil, pasukan Klopp ini adalah sebuah jip dobel gardan dengan "mode 4x4 permanen ON" yang siap melibas jalan berlumpur maupun tanjakan. Sebuah ban serap kemudian diambil dari pemain cadangan. Namun, ketika berada di autobahn (jalan bebas hambatan) jip Klopp ini akan tampak seperti kampret mabok miras oplosan!

Pep mau belajar dari pengalaman buruk di musim pertamanya. Ketika itu City adalah tim hebat kecuali di sektor belakang. Pep kemudian membenahinya tanpa melakukan perubahan signifikan pada lini tengah dan depan. Di musim kedua, Pep kemudian sukses menuai berbagai gelar. Itu karena di semua pos, Pep memiliki setidaknya dua pemain yang setara kualitasnya. Kualitas itu diperoleh berkat jam bermain yang cukup bagi semua pemain.

Masalah utama bagi Klopp adalah jauhnya perbedaan kualitas antara pemain inti dengan pemain cadangan. Salah satunya adalah karena tidak cukupnya jam bermain bagi para pemain cadangan itu. Berapa kali anda pernah melihat Lazar Markovic, Ben Woodburn, Marco Grujic, Connor Randall, Sheyi Ojo, Rafael Camacho atau Curtis Jones bermain penuh? Di tangan Klopp mereka ini ibarat petasan yang siap menyalak, tapi keburu tersiram es teh tawar!

Menariknya lini belakang ini selalu menjadi masalah bagi Liverpool. Musim lalu Matip lima kali absen karena cedera, Gomez dua kali, sedangkan Lovren delapan kali! Dengan cederanya Lovren dan Gomez, praktis tidak ada lagi bek cadangan. Sebelumnya Klopp sudah menjual bek tengah Ragnar Klavan dan bek serba bisa Jon Flanagan serta meminjamkan Clyne dan Connor Randall.

Banyak pengamat yang mengatakan situasi pelik di Liverpool ini karena macetnya keran gol dari penyerang. Tidak sepenuhnya salah, sebab tahun lalu kekurangan lini belakang ini bisa ditutupi oleh gelontoran gol para penyerang. Mungkin Liverpool kemasukan 3 gol, tetapi Salah dan kawan-kawan masih bisa mencetak 5 gol!

Para penyerang sayap itu (Salah dan Mane) hebat karena didukung oleh dua bek sayap (Robertson dan Arnold/Gomez) yang rajin naik membantu, plus solidnya pressing trio lapangan tengah untuk melapis mereka. Kini Salah dan Mane kehilangan dukungan umpan cepat dari kedua sayap.

Ketika Liverpool dalam transisi menyerang setelah serangan lawan berhasil dipatahkan, Robertson dan Arnold/Gomez menjadi tokoh kuntji utama dalam melakukan serangan balik cepat untuk dieksekusi oleh Salah/Mane, ataupun mereka eksekusi sendiri lewat sebuah tendangan keras. Kecepatan dan momentum adalah kata kuncinya, karena lawan belum siap dari transisi menyerang ke bertahan!

Kalau kita cermati statistik dalam dua periode itu, jelas terlihat penurunan gol Liverpool. Periode I mencetak 19 gol dan Periode II 9 gol saja (menurun lebih dari setengah) Sekarang kita cermati kemasukan gol-nya. Periode I kemasukan 2 gol dan Periode II 9 gol (naik hampir lima kali lipat!) Padahal pada periode II Liverpool hanya minus Gomez dan Arnold saja.

***

Seperti biasa selalu ada dua cara untuk melihat satu hal (tergantung dari sudut pandang yang melihatnya) apakah gelas yang terlihat itu setengah penuh atau setengah kosong. Liverpool kini bermain hanya di dua turnamen saja, EPL dan Liga Champion sementara City harus bijak membagi konsentrasinya untuk empat turnamen. Jadi bisa saja City akan terpeleset lagi.

Akan halnya Klopp, musim inilah saat terbaik baginya untuk meraih gelar. Musim depan situasinya akan jauh lebih sulit. Hotspur dengan stadion barunya pasti akan mendatangkan banyak pemain hebat. Demikian juga dengan City, MU, Arsenal dan tentu saja Chelsea.

Dewi fortuna tadinya sudah menjauhkan Klopp 7 poin dari Pep. Kalau Klopp arif, dia bisa saja membuatnya menjadi 10 poin atau setidaknya tetap 7 poin ketika Liverpool bertandang ke Etihad Stadium kemarin itu. Kini perjuangan Klopp semakin berat, bukan karena Pep, Mou atau siapapun. Tetapi justru karena Klopp mempersulit dirinya sendiri...

Salam sepakbola

Aditya anggara

Referensi,

https://www.kompasiana.com/yaga/5b8ec325677ffb2c2f536214/kutukan-blunder-kiper-kiper-liverpool

https://bola.kompas.com/read/2019/01/15/20371878/trent-alexander-arnold-cedera-liverpool-krisis-lini-belakang

https://www.bola.net/inggris/5-pelajaran-dari-kegagalan-liverpool-menang-atas-west-ham-a212dc-4.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun