Mohon tunggu...
Aditya Anggara
Aditya Anggara Mohon Tunggu... Akuntan - Belajar lewat menulis...

Bio

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Solksjaer Supersub Penyelamat Setan Merah?

21 Desember 2018   19:21 Diperbarui: 21 Desember 2018   19:44 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ole Gunnar Solksjaer, sumber : mirror.co.uk

Waktu sudah menunjukkan menit ke-90+3.  90.245 pasang mata penonton yang memenuhi stadion Camp Nou, Barcelona menatap tegang ke lapangan hijau. Sebuah gol penyama dari Teddy Sheringham baru saja memperpanjang nafas MU dari terkaman Bayern Munchen.

David "ginger" Beckham lalu mengambil tendangan sudut yang langsung disundul oleh Sheringham ke tiang jauh. Disana sudah menunggu supersub yang baru saja masuk ke lapangan, dan langsung menendangnya untuk menembus jala Oliver Kahn. MU 2 Munchen 1. Nama "der verdammte"  itu adalah Ole Gunnar Solksjaer!

Dua dekade sudah berlalu namun nama si baby face Solksjaer itu tidak pernah lekang dari ingatan para fans MU (Manchester United) ini. Solksjaer bukanlah sosok asing bagi MU. Dia pernah bermain untuk MU dari tahun 1996 hingga 2007 (11 tahun) Solksjaer tercatat memainkan 235 pertandingan bersama MU di Premier League dengan mencetak 91 gol dan 37 assist.

Setelah pensiun sebagai pemain, Solksjaer juga pernah menjadi pelatih tim cadangan MU. Sebelum bergabung dengan MU, Solksjaer membela klub di negerinya sendiri, Molde. Dan Molde juga menjadi klub pertama yang dilatih Solksjaer sebagai Pelatih Kepala. Bersama Molde Solksjaer meraih dua gelar juara liga yaitu pada tahun 2011 dan 2013.

Kebetulan sekali kompetisi di Liga Norwegia sudah berakhir saat ini. Para pemain Molde juga sudah menikmati liburan panjang musim dingin mereka. Akan tetapi hal itu tidak berlaku bagi Solksjaer yang baru saja kemarin diangkat menjadi pelatih interim MU.  Solksjaer justru harus bekerja keras menghadapi ketatnya kompetisi EPL di bulan Desember.

Solksjaer akan melatih MU untuk jangka waktu enam bulan kedepan hingga kompetisi EPL 2018-2019 berakhir. Tetapi kalau sekiranya MU bisa finish di urutan keempat (lolos ke Liga Champion) maka kontrak Solksjaer akan dipermanenkan.

Solksjaer sudah tiba di Manchester untuk mempersiapkan laga EPL pada akhir pekan nanti. Solksjaer kemudian menginap di Lowry Hotel Manchester tempat Mourinho menginap selama melatih MU. Tidak dijelaskan apakah Solksjaer akan menempati Riverside Suites berharga Rp 15,8 juta permalam yang ditempati Mourinho selama 2,5 tahun itu...

Solksjaer ketika masih bermain di MU, sumber : Tribun Kaltim - Tribunnews.com
Solksjaer ketika masih bermain di MU, sumber : Tribun Kaltim - Tribunnews.com
Tugas yang akan diemban Solksjaer ini memang gampang-gampang sulit. Gampang karena mayoritas para pemain MU ini terlecut lagi semangatnya setelah kepergian Mou. Setiap pemain termotivasi ingin menunjukkan kemampuan mereka yang selama ini tertahan akibat dari strategi permainan Mourinho yang pragmatis.

Juan Mata misalnya. Dalam kondisi normal, playmaker ini jarang dimainkan. Kecuali kalau MU dalam kondisi tertinggal, dan butuh gol penyama. Mata cenderung membuat permainan MU menjadi ofensif sehingga rawan terhadap serangan balik lawan. Awalnya Mou lebih suka menempatkan Pogba pada posisi Mata, yaitu di depan dua gelandang jangkar (Matic dan Herrera) untuk memberi kestabilan di tengah.

Apalagi Lukaku sedang ganas-ganasnya, dan menjadi kandidat top skorer ketika itu. Lukaku seorang fighter yang sanggup mencetak gol dengan berbagai cara. Dalam paham pragmatise Mou, MU tidak perlu harus mendominasi penguasaan bola dengan mengkreasi banyak serangan. Yang penting pertahanan MU harus rapat. Setelah itu barulah berikan bola kepada Lukaku di depan.

Dari 5 peluang, setidaknya Lukaku bisa mencetak sebuah gol. Catat, bagi Mou sebuah gol kemenangan sama nilainya dengan menang dengan empat gol! Catat juga, fans tidak ingin MU hanya sekedar menang saja, karena mereka juga ingin menikmati permainan sepak bola menyerang ala Setan Merah seperti dulu. Dan tiket menonton pertandingan MU itu juga tidak lah murah...

Pogba tentu saja senang bermain lebih ke depan karena membuat peluangnya untuk mencetak gol lebih besar. Namun dalam perkembangannya semuanya menjadi buruk. Lukaku kemudian mandul, dan Pogba bukanlah seorang playmaker. 

Para pelatih di EPL itu selalu tergoda untuk menaklukkan pragmatisme ala Mou ini. Caranya tentu saja bukan lewat tengah, melainkan lewat sayap!

MU kuat di tengah tetapi rawan di bek sayap dan bek tengah. Lalu "musuh-musuh" MU menyerang lewat sayap, dan kemudian mengirim umpan lambung persis di depan area kiper, dimana Smalling dan Jones sering melakukan blunder ketika menghadang umpan-umpan crossing. Statistik tidak menipu. 29 gol bersarang di gawang de Gea adalah buktinya. Padahal de Gea adalah kiper terbaik di EPL.

Itulah sebabnya Mou merengek sejak awal musim kepada pihak manajemen untuk membeli bek-bek terbaik sejagad untuk mengamankan lini belakang MU. Ketika itu pihak manajemen tidak mau mengabulkan permintaan Mou karena menurut mereka kualitas para pemain belakang MU itu semuanya berlevel internasional. Persoalan Mata dan Pogba adalah salah satu contoh dari banyaknya perselisihan Mourinho terkait strategi bermain dengan para pemainnya.

Pendekatan Solksjaer dengan Mourinho jelas berbeda. Sebagai mantan striker, Solksjaer lebih menyukai gaya ofensif. Solksjaer juga sudah memberikan jaminan yang sama kepada semua pemain untuk menunjukkan kebolehan mereka. Solksjaer juga pribadi yang hangat, sehingga bisa dipastikan kalau suasana ruang ganti pemain akan nyaman.

Namun demikian Solksjaer butuh seorang skipper yang bisa menjadi representatif Solksjaer di lapangan. Terkait strategi di lapangan, pelatih akan membahasnya dengan skipper dan mungkin beberapa pemain tertentu. Lalu skipper inilah yang kemudian menerjemahkannya kepada semua pemain lainnya. Sebab ketika pertandingan berlangsung, tidak mungkin juga pelatih bisa berbicara dengan semua pemain terkait perubahan strategi di lapangan.

Sosok pemimpin di lapangan inilah yang tidak dimiliki oleh Mourinho, van Gaal maupun David Moyes ketika menukangi MU kemarin itu. Dulu Fergie memiliki Roy Keane hingga Paul Scholes dan Ryan Giggs untuk menerjemahkan keinginan pelatih di lapangan.

Kesulitan Solksjaer lainnya adalah terkait posisi MU di klasemen. "Di atas kertas" MU berada di urutan ke-6. Artinya hanya butuh naik 2 posisi lagi agar targetnya tercapai (di urutan ke-4 pada akhir musim) Akan tetapi jangan tertipu dengan "kertas" sebab selisih poin MU itu lebih dekat ke posisi juru kunci (17 poin) dari pada ke pimpinan klasemen (19 poin) Posisi MU sekarang ini juga rawan disalip oleh klub-klub papan tengah yang tipis selisih poinnya.

Tapi yang penting bagi Solksjaer saat ini adalah menikmati "liburan natalnya" di AON Training complex, markas latihan MU dimana dia dulu menghabiskan waktunya selama sebelas tahun sebagai pemain MU disitu. Mungkin kenangan masa lalu itu bisa melecut semangat dan memberi inspirasi baru, bagaimana cara untuk mengembalikan nama besar MU

Solksjaer adalah pengagum Sir Alex Fergusson. Solksjaer akan memakai cara-cara Fergie dulu untuk mengembalikan kejayaan nama besar Setan Merah ini seperti dulu lagi.

Welcome home Ole

Aditya Anggara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun