Tapi yang jelas wajah Erick bukanlah wajah yang tidak disukai kaum emak-emak. Wajah Erick pun tidaklah setipis tempe rekaan Sandi. Justru wajah Sandi hanya akrab bagi emak-emak yang pergi ke pasar bermodalkan seratus ribu, tapi dapetnya cuma bawang sama cabai doang...
Nah ternyata wajah Erick ini cukup akrab bagi emak-emak yang pergi ke pasar bermodalkan seratus ribu, tapi bisa dapet ayam, tahu, tempe, bawang merah, bawang putih, cabai, tomat, beras dan pepaya...
Kini Timses Jokowi-Ma'ruf berusaha menyasar ceruk ini lewat sosok Erick. Tapi pagi-pagi orang sebelah sudah nyinyir dengan berkata, "Yang dijual itu produknya bukan Salesnya..." Sepertinya Erick sudah paham betul cara untuk merebut ceruk ini...
Zaman berubah, cara berkampanye juga berubah! Dulu jurkam (juru kampanye) hanyalah politikus kawakan ataupun artis tenar yang "berjualan kecap nomer satu" dengan materi jadul yang sesekali diselingi dengan banyolan berbau porno. Band dangdut dengan biduanita hot kemudian menjadi pelengkap kampanye.
Tapi itu dulu... Kini adalah zaman milenial dimana kampanye wajib hukumnya dikemas seperti showbiz, dan harus terlihat instagramable! Kampanye zaman now butuh tata suara, tata cahaya, make-up artist dan ribuan perintilan lainnya yang tak pernah dibayangkan oleh politisi jadul apalagi mahluk sekelas jurkam!
Agar bisa berhasil, kampanye butuh perencanaan yang matang mulai dari awal hingga akhir dari proyek. Timses kampanye ini terdiri dari unit-unit pendukung dari berbagai disiplin ilmu, latar belakang dan kemampuan yang berbeda pula. Memadukan semua unsur tersebut agar bisa terintegrasi dan efektif bukanlah pekerjaan mudah.
Artinya Timses itu butuh seorang EO (Event Organizer) untuk mengatur segalanya (termasuk konten dan logistik) agar kampanye itu terlihat instagramable! EO yang paling tepat itu adalah Erick Thohir! Penyelenggaraan Asian Games kemarin adalah referensinya.
Keempat, CEO Kampanye
Para politisi parpol pendukung itu tentulah piawai untuk melakukan tugasnya dalam berkampanye. Akan tetapi kepiawaian itu akan menjadi sia-sia kalau tidak didukung oleh logistik, database, strategi dan manajemen pendukung yang mumpuni dan terintegrasi.
"Lain padang lain belalangnya. Lain ranjang lain pula kelambunya!" Parpol pendukung itu terdiri dari beberapa partai yang berbeda mazhab ataupun platform-nya. Mungkin kalau "daleman" itu berbeda-beda bentuk dan warnanya tidak mengapa karena tersembunyi. Tetapi kalau luarnya itu bagaimana?