Mohon tunggu...
Aditya Anggara
Aditya Anggara Mohon Tunggu... Akuntan - Belajar lewat menulis...

Bio

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nonton Gratis Cabor Baru Asian Games 2018

29 Agustus 2018   17:09 Diperbarui: 29 Agustus 2018   17:14 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku kemudian complain kepada mbak penjual tiket itu. Sepertinya mbak itu kasihan melihatku. Duh, ini orang sepertinya "tunakasih-sayang" deh.." bisiknya dalam hati. Mbak itu kemudian menawarkan sebuah tiket komplimen kepadaku. Ternyata ada sebuah cabor (Cabang Olahraga) baru yang dipertandingkan pada AG ini. Nama cabor itu, Semedi...

***

Aku kemudian masuk ke ruangan pertandingan Semedi tersebut. Sebelum masuk ke ruangan, setiap penonton diberi pengarahan agar tidak berbicara, mengeluarkan suara (atas dan bawah) maupun makan minum selama di dalam ruangan, agar tidak mengganggu konsentrasi para perserta Semedi.

Dua jam berlalu dengan cepat. Aku sejujurnya tidak bisa menikmati cabor ini. Tadinya aku sempat juga tertidur, tapi kemudian dibangunkan dengan perlahan oleh satpam berbadan tegap itu. Sambil menunjukkan tulisan dikertas itu, dia mendelikkan mata besarnya itu kepadaku. Tulisan itu berbunyi, "Dilarang ngorok!" plus gambar sebuah tinju terkepal!

Waduh kini aku bingung. Tadinya aku sudah berada di pintu keluar. Tapi ternyata pintu tersebut dikunci dari luar. Kini aku akan mencobanya lagi. Baru saja aku hendak melangkah, satpam sialan tadi langsung saja mendelikkan mata sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, menyuruhku untuk diam. Duh Gusti, aku merasa tersandera. Kemarin oleh sopir truk, dan kini oleh satpam...

Satu jam berlalu dengan lambat. Aku rasanya sudah setengah waras untuk menahan rasa kantuk dan bosan. Tiba-tiba aku melihat sosok seperti orang Arab, berjubah putih, mengenakan keffiyeh kotak-kotak dengan agal hitam. Sambil tersenyum, lelaki itu kemudian pergi sambil meninggalkan sebuah ransel hitam.

Itu pasti bom bisikku dalam hati. Lalu aku berteriak histeris sambil menunjuk ransel tersebut, "Kerja, kerja kerja... eh Bom, bom booommm..." Lampu segera dinyalakan, dan ruangan menjadi terang benderang. Penonton dan peserta semedi kemudian berbaur menjadi satu dilanda ketakutan.

Satpam kemudian memeriksa tempat yang kutunjuk. Tidak ada apa-apa disana. Ternyata aku berhalusinasi, mungkin karena rasa lelah dan kantuk yang tertahan tadi. Kini semua mata yang berselimut amarah itu menatapku dengan kejam. Aku menyesal. Seharusnya ketika berkata "bom" tadi, aku lari ke pintu, bukannya malah mendekati bayangan ransel itu...

Aku berteriak lagi, "Bom, bom booommm..." Tapi semuanya bergeming. Mereka kini malah semakin marah dan bergerak mendekatiku bak zombie haus darah.

Duh Gusti, "Toloooonnggg.." teriakku ketakutan.

"Bangun dit, bangun.." teriak mas Budi kepadaku. "Dimana kita mas?" tanyaku gelagapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun