Nama Kali Sentiong yang populer juga dengan sebutan Kali Item itu tiba-tiba melejit di sosmed, bak mengikuti melejitnya nama beberapa artis cantik yang ikut nyaleg itu...
Apa pasal...?
Tanpa disadari oleh warga, ternyata Kali Item yang berbau dan airnya berwarna hitam itu tiba-tiba sudah mengenakan "adi busana hitam juga," rancangan dari TGUPP (Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan) Gubernur DKI Jakarta...
Hal itu kemudian menimbulkan pro-kontra di lini masa. Soalnya ini lah untuk pertama kalinya sebuah sungai diselimuti dengan selimut raksasa yang rencananya akan berukuran seluas 689 meter persegi itu.
Rupanya tujuan waring ini adalah untuk meniadakan (menutup) keberadaan Kali Item ini dari pandangan mata para tamu peserta Asian Games yang akan menginap di Wisma Atlet yang berada persis disamping sungai "sialan" tersebut...
Sungai, sebagaimana dengan sungai-sungai lain yang terdapat di banyak tempat diseluruh dunia, mempunyai banyak fungsi dan makna. Mulai dari fungsi ekologi, hidrologi dan juga sosial. Bagi sebagian warga, sungai menjadi sumber inspirasi untuk karya seni. Bagi sebagian warga lain, sungai menjadi saksi bisu ketika mereka mengungkapkan perasaan hati kepada sang pujaan... Jadi bagi banyak warga, Kota tanpa sungai itu memang ibarat "sayur tanpa garam..."
Ketika sungai tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik, apalagi kalau sampai membuat warga kehilangan "jiwa seni mereka" ketika berada di dekat sungai tersebut, maka berarti ada yang salah dengan sungai tersebut. Baik dari segi bentuk fisik maupun dari segi fungsinya.
Sudah lama memang sungai menjadi musuh dalam selimut bagi banyak warga Jakarta. Bau tidak sedap, "pandangan yang membuat ill-feel, dan hadiah banjir adalah salah satunya. Kini bagi warga Jakarta, sungai lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya...
Ini memang masalah klasik bagi warga dan gubernurnya. Ketika masa kampanye Pemilihan Gubernur, maka "dagangan" Cagub pastilah akan menyangkut penanganan sungai ini. Demikian juga dengan harapan warga, agar gubernur yang baru kelak dapat mengatasi persoalan sungai ini dengan lebih baik lagi.
Namun harapan tinggal harapan. Permasalahan sungai ini bukannya membaik, tetapi semakin buruk. Kali Item ini dulu bau, kini pun tetap bau. Dulu mampet (tidak lancar) kini tetap mampet. Dulu hitam, kini tetap hitam (tanpa ada manisnya...) Hal ini terjadi karena pihak-pihak terkait (dan juga pejabat in-charge) tidak memahami makna dan filosofi dari sebuah sungai.
Karena tidak mengerti, maka solusi yang dipakai untuk menyelesaikan masalah adalah dengan memakai konsep pragmatis yang jauh dari nalar, dan sama sekali tidak menyentuh, apalagi menyelesaikan pokok masalah yang terjadi!
Pokok masalah adalah sungai berbau, airnya berwarna hitam dan alirannya tidak lancar. Jawabannya justru terletak di masalah tadi, yaitu aliran airnya tidak lancar.
Karena tidak lancar, maka airnya akan berwarna hitam dan berbau.
Kenapa airnya tidak lancar?
Karena di dasar sungai banyak endapan sedimen dari up-stream (hulu sungai) dan juga sampah yang dibuang warga !
Lantas solusinya apa?
Sederhana saja. Lakukan pengerukan secara berkala (berkesinambungan) agar aliran air sungai lancar. Kalau aliran air sungai sudah lancar, maka pasti tidak ada lagi sedimen/sampah yang akan mengikat air dan membuatnya berwarna hitam dan berbau...
Artinya dari permasalahan diatas, kita dapat menarik kesimpulan. Kali Item ini tidak pernah atau sudah lama tidak di-revitalisasi, yang tujuannya adalah agar sungai ini mampu/tetap dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
***
Sangat menarik melihat solusi yang dipakai Pemprov DKI untuk menyelesaikan masalah Kali Item ini, yaitu dengan menyelimutinya dengan sebuah waring raksasa.
Alasan yang dipakai cukup mengejutkan,
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut waring dipasang untuk mengurangi bau tak sedap. Kasubbag Kepegawaian Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Supriyono menyebut waring ini juga untuk estetika. "Sehingga kali yang airnya hitam itu tidak terlihat langsung oleh para atlet internasional ini, jadi untuk mempercantiklah. Gubernur yang memerintahkan untuk ditutup dengan jaring," ujar Supriyono.
Sumber: Detik.com
Waring (hitam)lazimnya terbuat dari benang plastik berwarna hitam yang dianyam untuk membentuk anyaman empat persegi dengan ukuran lubang berkisar 4 mm (mili meter)
Jadi waring hitam ini berpori dan masih dapat meloloskan cahaya, dan tentu saja bau...
Soal estetika tentu lah akan menjadi perdebatan. Soal "kebusukan sungai sialan" ini menjadi tidak terlihat dari pandangan mata, itu memang benar. Akan tetapi dimanakah di dunia ini sebuah sungai ditutupi dengan waring?
Bukankah itu bisa menjadi bahan olok-olokan dari tamu Asian Games yang melihatnya?
Ada satu hal serius yang perlu diperhatikan dengan betul-betul. Ini menyangkut lalu-lintas dan keselamatan warga. Waring hitam itu mirip benar dengan lapisan aspal yang juga hitam.
Bisa saja warga maupun pengendara motor/mobil tidak menyadarinya, terutama pada malam hari disertai hujan deras. Hal ini sangat membahayakan warga, karena mengira waring itu adalah jalan aspal juga.
Pihak Pemprov harus menyadari hal ini dengan sangat serius. Perlu diberikan penerangan lampu yang cukup dan tulisan yang jelas dan terang di atas waring,
"Ini bukan jalan aspal tapi waring. Waring ini juga hanya untuk sementara saja sampai Asian Games usai. Yang dijalan harap hati-hati. Yang dihati, kapan lagi kita jalan-jalan....."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H