Selama ini dia telah menempa jiwanya untuk bisa bertahan menghadapi segala macam kesusahan dan penderitaan. Namun ternyata, musibah kehilangan Dewi Sekar adalah sesuatu yang berat baginya. Jaka Someh bergumam pelan
"Ya Allah, baru saja hamba merasakan kebahagiaan bisa menikah dengan seorang wanita yang saya cintai sepenuh hati, tapi Engkau sudah mengambilnya dengan cepat...Ya Allah Semuanya milik Engkau...Engkaulah yang Berhak untuk mengambilnya...tak ada yang abadi di dunia ini....semuanya akan kembali kepada Engkau....Semoga Engkau memberikan kesabaran kepada Hamba atas musibah ini...."Â
Air matanya mulai berlinang, terisak, karena merasakan kesedihan mendalam.
Setelah itu, Jaka Someh bertanya kepada Arya rajah
"Adik, bagaimana kronologinya sampai teteh kamu jatuh ke dalam jurang...?"
"Waktu itu kami merasa kawatir dengan keselamatan Kang Someh...Makanya si teteh mengajak saya untuk menyusul Kang Someh ke Sumedang Larang...namun di tengah perjalanan kami bertemu dengan gerombolan Ki Jabrik, kami sempat bertarung, namun karena kalah kemampuan, kami terdesak, dan...dan..."
Arya Rajah tak mampu lagi meneruskan ceritanya, dia kembali menangis karena teringat peristiwa naas yang menimpa kakak perempuannya. Jaka Someh menganggukan kepala seakan sudah mengerti dengan akhir ceritanya. Dia pun memeluk Arya Rajah dan berusaha menghiburnya.
"Sabar ya adik, kita ini bisa apa kecuali hanya berdoa dan berihtiar saja, yang menentukan adalah Yang Maha Kuasa..."
"Iya Kang Someh..."
Arya Rajah mengangguk.
"Adik, kalau tidak keberatan, maukah adik mengantarkan saya ke makam teteh kamu?"