Dewi Sekar membalas salam Jaya Permana dengan  senyuman yang hangat. Dengan wajah yang ramah dia berkata kepada Raden Jaya Permana
"Saya Dewi Sekar Harum, putri Raden Surya atmaja, Pangeran...".
Jaya Permana merasa senang hatinya karena mendapat respon menyenangkan dari Dewi Sekar. Dia berkata kepada Dewi Sekar
"Nyai... jangan panggil akang dengan sebutan Pangeran , panggil saja kang Jaya permana, begitukan lebih enak terdengarnya..."
Melihat keakraban Raden Jaya Permana dengan putrinya, Raden Surya Atmaja merasa senang dan bangga. Sebaliknya dengan Jaka Someh, hatinya merasa sedih melihat istrinya akrab dengan lelaki lain. Hatinya di bakar api  cemburu.Â
Dalam hati dia berkata
"Wah saya  minder melihat mereka...mereka gagah dan tampan. Aduh itu lagi...Nyai Sekar koq kelihatan  serasi sekali dengan si pangeran ganteng itu... Nyai Sekar sangat ayu, cantik jelita, si Pangeran  itu juga terlihat sangat gagah dan tampan, bahkan keduanya sama-sama ningrat. Waduh saya bener-bener merasa cemburu, melihat keduanya akrab seperti itu...aduh...dasar cemburu buta... Sadar...sadar, Someh, kamu  harus berbaik sangka  kepada istri kamu sendiri..."
Tak lama kemudian tempat itu pun sudah banyak didatangi oleh para pendekar dan murid-murid Ki Buyut Putih yang ingin menyambut kedatangan Dewi Sekar, putri Raden surya atmaja yang terkenal cantik. Diantara mereka ada Nyai Ageung Cintanagara, salah satu istri dari ningrat kerajaan galuh, kakak tertua dari Raden Jaya Permana.
Mereka berkumpul di halaman padepokan Ki Buyut putih, menyambut kedatangan Dewi Sekar. Mereka bersuka cita, menyalami dan berbincang dengan Dewi Sekar. Begitu asyiknya mereka tanpa menghiraukan keberadaan Jaka Someh yang sedang berdiri mematung. Jaka Someh kemudian pergi menjauh dari mereka, dia duduk di sebuah bangku kayu, di bawah pohon asam, yang jaraknya sekitar 10 meteran dari pos penjagaan. Jaka Someh bergumam sendirian untuk menghibur hatinya yang merasa sedih.
"Duh saya di cuekin, he...he...Dewi Sekar juga lupa sama suaminya sendiri... he...he..."
 Hatinya merasa sedih melihat istrinya seakan-akan sudah lupa dengan dirinya. Walaupun begitu, dia tetap merasa bersyukur karena sudah berhasil mengantar Dewi Sekar menemui keluarganya dalam keadaan selamat, sehat wal afiat tanpa kurang apapun juga.