"Ah Istri akang ini bagaimana, justru di saat gelap kita akan lebih mudah melihat keberadaan padepokan Ki Buyut Putih. Begini Nyai, maksud akang ... Nanti akang akan mencoba naik ke puncak tebing yang tinggi itu, supaya akang bisa melihat keadaan di sekeliling gunung ini. Kalau padepokan ki buyut putih memang berada di sini, kemungkinan besar, akang akan melihat cahaya obor mereka. Rasanya menurut akang, tidak mungkin mereka tidak menyalakan obor jika malam sudah tiba..."
Setelah mendengar penjelasan Jaka Someh, Dewi Sekar tertawa kecil
"Iya juga sih, hi...hi...kang Someh benar. Bagus juga ide akang... Koq bisa saya tidak berpikir seperti itu, ya...?. Hi...hi...ternyata kang Someh sangat pinter..."
Jaka Someh merasa senang mendengar Dewi Sekar memujinya. Dia pun memegang ujung hidung istrinya sambil berkata gemas,
"Iihh...bisa saja kamu  nyai..."
Setelah malam tiba Jaka Someh naik ke tebing yang paling tinggi. Di sana dia mengamati keadaan di sekitar wilayah pegunungan. Jaka Someh melihat ada cahaya obor di arah sebelah selatan gunung. Jaka Someh kemudian menyampaikan hasil pengamatannnya tersebut kepada istrinya. Dewi Sekar merasa senang mendengar laporan Jaka Someh yang telah melihat ada  cahaya obor di bagian selatan gunung. Dewi Sekar berkata kepada Jaka Someh,
"Alhamdulillah kang, mudah-mudahan benar itu padepokan ki Buyut Putih".
Jaka Someh mengangguk, mengiyakan harapan Dewi Sekar,
"Iya Nyai, mudah-mudahan benar cahaya obor tersebut berasal dari padepokan Ki Buyut Putih".
Setelah berdiskusi cukup lama, mereka memutuskan untuk mendatangi lokasi tersebut di pagi hari, karena alasan kesopanan dan pertimkangan resiko tak terduga yang mungkin akan dihadapi.
Bersambung Ke Bab 46. Ki Buyut Putih