Di dasar jurang, Sugandi ternyata tidak mati. Dia hanya mengalami patah tulang di kaki kirinya, dan beberapa luka memar di beberapa bagian anggota tubuhnya.Â
Rasa sakit yang luar biasa yang dia derita membuat dia terpaksa untuk merebahkan diri. Karena sudah tidak mampu lagi menahan rasa sakit, Sugandi akhirnya pingsan, tak sadarkan diri selama satu hari lebih.Â
Setelah larut malam, Sugandi mulai kembali siuman. Dia mengerang kesakitan, badannya menggigil menahan dinginnya malam yang gelap gulita.Â
Sugandi hanya mampu pasrah dengan keadaannya tersebut. Dia tidak mamu berkata apa-apa, hanya matanya saja yang melelehkan air mata. Begitu berat penderitaan yang dia rasakan. Akhirnya Sugandi kembali tertidur sampai matahari mulai bersinar dari ufuk timur.Â
Setelah bangun dari tidur, Sugandi masih mengerang kesakitan, hanya saja, semangat hidupnya mulai kembali muncul. Dia ingin tetap hidup dan ingin membalaskan dendam kepada para warga yang telah menyakitinya. Dengan sisa-sisa tenaga, Sugandi mulai merangkak menuju ke tempat yang lebih nyaman.Â
Dilihat, di dekatnya ada sebuah sumber air, Sugandi mencoba untuk merangkak menuju ke arah mata air tersebut untuk meminum beberapa teguk air.
Setelah puas meminum air, Sugandi kemudian merangkak lagi untuk mencari tanaman yang sekiranya bisa dimakan. Namun dia tidak melihat ada tanaman atau buah-buahan yang layak.Â
Akhirnya Sugandi hanya memakan daun-daunan muda yang berada di sekitar tempat itu. Entah dari tanaman apa, dia sudah tidak mempedulikannya lagi.Â
Meskipun rasanya tidak enak, Sugandi tetap memakan dedaunan tersebut untuk mengembalikan tenaganya. Demikianlah selama beberapa pekan dia hanya mampu memakan dedaunan itu saja.
Sungguh ajaib, setelah lima pekan, tubuhnya sudah mulai pulih, bahkan kakinya yang patah sudah mulai sembuh, meskipun jalannya masih tertatih-tatih.Â