Sugandi yang melihat neneknya jatuh terkapar karena di dorong oleh Suraji, langsung bangkit dan mendekati mak Ipah. Dia pun langsung memeluk mak Ipah dan memegang kepala neneknya sambil menangis karena panik
"Nenek...nenek...bangun...nenek...ayo bangun, nenek..."Â
Karena mak Ipah tidak meresponnya, Sugandi pun mengguncang-guncang tubuh mak Ipah
"Nenek...bangun...jangan tinggalkan gandi sendirian di sini...bangun  nenek..."Â
Meskipun sudah di guncangkan sedemikian rupa, mak Ipah tetap saja tak bisa menjawab sambatan Sugandi.
Setelah Sugandi menyadari bahwa neneknya memang sudah meninggal secara tragis karena di aniaya oleh Suraji yang menjadi kekasih ibunya, Sugandi pun berbalik ke arah Suraji, dia marah bukan kepalang. Matanya memerah, badannya juga bergetar. Dia pun langsung menyeruduk Suraji itu hingga tersungkur, kemudian langsung memukuli wajah, kepala dan perut Suraji secara serampangan,
"Bangsat kamu Suraji...rasakan pembalasanku ini..."Â
Sugandi benar-benar telah menjadi kalap. Suraji yang kemudian menjadi bulan-bulanan kemarahan Sugandi, berusaha melawan Sugandi, dia coba membalas memukul Sugandi, namun Sugandi sudah tidak mempedulikan dirinya, Dia terus memukuli Suraji dengan ganasnya. Pemuda naas itu pun akhirnya mati secara mengenaskan. Melihat kejadian itu, nyai Surti pun ketakutan, khawatir dia akan dia aniaya oleh anaknya yang sedang kesetanan. Setelah puas membunuh Suraji, Sugandi berbalik arah dan berdiri menghadap ibunya dengan sorot mata penuh kebencian dan kemarahan
 "Mak, emak  benar-benar egois, bahkan emak tidak peduli terhadap orang tua emak sendiri, orang yang telah melairkan dan merawat emak, Gandi tidak peduli emak benci pada Gandi, tapi emak telah membunuh orang tua emak sendiri,  lebih baik emak pun menyusul mereka ke alam baka...".Â
Nyi Surti yang melihat kemarahan anaknya, hatinya menjadi takut. Â Dia kemudian berteriak minta tolong,
"Tolong...tolong...Sugandi kesurupan...tolong...tolong...!"Â