Pagi itu Jaka Someh pergi ke sebuah kampung yang letaknya tidak begitu jauh dari bukit yang dia tempati. Tujuannya adalah untuk membeli seekor sapi berikut gerobaknya.Â
Dia mengambil uang simpanannya, yang dulu pernah di beri oleh Pak Rohadi, mantan mertuanya. Â Selama ini uang tersebut dia simpan di dalam sebuah peti kayu kecil. Setelah dibelikan seekor sapi dan gerobak ternyata uangnya masih tersisa separuh.
Hari itu juga Jaka Someh segera memodifikasi gerobaknya, dengan memberinya atap dari anyaman daun pinang, agar nanti Dewi Sekar bisa merasa nyaman bernaung di bawahnya. Bagian alas gerobak di beri sejenis lapisan kapas yang agak tebal supaya nanti saat diduduki oleh Dewi Sekar akan terasa nyaman.
Jaka Someh segera memuat perbekalan ke dalam gerobaknya, ada tungku masak portable yang terbuat dari tanah liat yang telah dikeringkan, ada wajan dari bahan logam yang dia buat sendiri, ada piring dan lainnya.Â
Jaka Someh juga memuat beberapa karung biji jagung, beras, umbi-umbian, buah-buahan dan berbagai sayuran yang tidak mudah layu dan bisa bertahan lama, seperti mentimun, kacang`kacangan, cabe, bawang merah, tomat bahkan beberapa butir kelapa. Semuanya berasal dari ladang yang dia kelola.
Melihat persiapan Jaka Someh yang sedemikian rupa, Dewi Sekar tertawa, dia merasa heran sekaligus kagum dengan jaka Someh yang dianggapnya penuh kesungguhan. Dalam nada bercanda, Dewi Sekar berkata kepada Jaka Someh
"Aduh ...Akang ...memangnya akang  mau pindah rumah kemana...? Koq bawaannya banyak sekali..."Â
Jaka Someh tersenyum mendengar ucapan Dewi Sekar
"Hey...kan kita akan pergi jauh, nyai...he...he...siapa tahu nanti bisa di jual, kan lumayan buat modal nikah akang...mungkin saja nanti dalam perjalanan akang menemukan perempuan yang mau nikah dengan akang...he...he..."Â
Dewi Sekar tersenyum mendengar candaan Jaka Someh.
