"Terima kasih Guru,  sekarang saya mohon  pamit terlebih dahulu, saya izin mempersiapkan bekal untuk  besok pagi".Â
Nini Gunting Pamungkas pun mempersilahkan Dewi Sekar Harum untuk pergi dari hadapannya
"Ya Nyai, silahkan..."Â
Besok paginya, Dewi Sekar kembali berpamitan kepada gurunya. Dia akan berangkat ke Sumedang Larang sendirian.
Karena tak kuasa menahan kesedihan akan berpisah dengan gurunya, air mata Dewi Sekar mulai berlinang. Demikian juga dengan Nini Gunting Pamungkas, yang hatinya berat untuk melepaskan kepergian muridnya. Nini gunting pamungkas kemudian memberikan restu kepada Dewi Sekar.
Dewi Sekar berangkat dengan mengendarai kuda. Ketika melewati gerbang padepokan, Dewi Sekar kembali teringat pada kenangan masa lalunya, saat pertama kali dia di bawa dan diperkenalkan oleh Dewi Tanjung Biru kepada Nini Gunting Pamungkas. Dewi Tanjung Biru adalah bibinya, yaitu adik kandung dari ayahnya sendiri. Saat itu Dewi Sekar masih berusia 6 tahun, setelah ibu kandungnya yang bernama Dewi Laras wangi meninggal.
Ibunya meninggal setelah mengalami pendarahan ketika melahirkan Raden Arya Rajah. Adik kandung Dewi Sekar.
 Awalnya ayahnya keberatan untuk berpisah dengan Dewi Sekar. Namun setelah diyakinkan Dewi Tunjung Biru bahwa semuanya itu untuk kebaikan masa depan Dewi Sekar, akhirnya Raden Surya Atmaja merelakan putrinya berada dalam asuhan Nini gunting Pamungkas.
Setahun sekali Raden Surya Atmaja mengunjungi Dewi Sekar sambil membawa Arya Rajah. Hubungan Dewi Sekar dengan adiknya itu terbilang baik. Meskipun jarang bertemu, namun keduanya saling menyayangi sebagai adik dan kakak perempuan.
Bersambung ke Bab 25 Pertarungan Dua Nyai