Tanpa terasa Jaka Someh telah berjalan selama lebih dari dua jam, sampai akhirnya tiba di pintu gerbang perguruan Maung Karuhun. Mendadak ada perasaan ragu untuk meneruskan langkahnya untuk masuk ke perguruan itu. Dia hanya berdiri di bawah sebuah pohon rindang yang berada tidak jauh dari pintu gerbang. Jaka someh memandang keadaan disekitarnya. Ada banyak murid Maung Karuhun yang sedang berlatih. Jumlah mereka cukup banyak, kurang lebih ada sekitar 40 orang-an. Mereka berlatih secara berkelompok, ada 7 sampai 8 orang per kelompoknya.
Ketika Jaka Someh sedang asyik mengamati mereka, tiba-tiba ada empat murid Maung Karuhun yang menghampiri Jaka someh. Mereka melihat Jaka Someh sedang berdiri di bawah pohon, dengan tingkah yang terkesan mencurigakan. Salah satu dari mereka berteriak kepada Jaka someh
” Hey... kamu...sedang apa di sana...?”
Jaka Someh terperanjat mendengar ada yang berteriak kepadanya, dia menengok ke arah suara yang menghardiknya. Belum sempat Jaka someh berkata apa-apa, mereka langsung mendahuluinya dengan berkata kasar
” Kurang ajar, kamu pasti anak buah Ki Jabrik…yang sedang memata-matai latihan kami ...ya…?”
Jaka Someh kaget dan heran sebab dirinya di tuduh sebagai mata-mata oleh murid Maung Karuhun. Beberapa saat dia hanya terdiam. Setelah kondisi mulai stabil, Jaka Someh mulai berusaha menjawab pertanyaan mereka, meskipun dengan suara terbata-bata
”Oh bukan kang...saya...saya bukan mata-mata…saya datang kemari karena ingin menjadi murid di perguruan ini. Saya ingin mendaftar…”.
Salah satu dari murid yang tadi menghardik Jaka Someh berkata dengan keras
“Bohong kamu... Ayo mengaku saja...kamu mata-mata kan? Kamu anak buah Ki Jabrik kan?”
Belum sempat Jaka Someh menjawab pertanyaan itu, tiba-tiba salah satu dari mereka langsung memukulnya
“ah...sudah lah teman-teman...mana ada mata-mata musuh mau mengaku...kita hajar saja dia...”