Jaka Someh di bentak seperti itu malah terdiam, melongo. Tanpa sadar, matanya melotot ke arah ki marta dengan sorot mata yang tajam. Melihat Jaka Someh memandangi dirinya dengan sorot mata seperti itu, ki Marta menjadi emosi
“Kurang ajar kamu...kenapa kamu melototi aku seperti itu hah...Aku hajar kamu ya...?” kata ki Marta mengancam.
Mendengar ancaman Ki Marta, Jaka Someh malah semakin melotot tajam. Dia terus memandangi wajah Ki Marta dengan sorot mata yang penuh kemarahan dan rasa benci. Ki Marta menjadi bertambah emosi melihat sikap Jaka Someh yang dianggap kurang ajar. Dengan spontan Ki Marta berlari ke arah Jaka Someh dan langsung menampar wajahnya. Tidak berhenti hanya dengan menampar, dia pun melanjutkan dengan menendang perut Jaka Someh. Jaka Someh tersungkur ke belakang dan serulingnya pun terlepas dari balik celananya. Belum sempat Jaka Someh berdiri, teman-teman Ki Marta juga ikut memukuli dan menendang.
Jaka Someh menjadi semakin terpuruk, dengan reflex dia meletakan kedua tangannya untuk melindungi wajah dan badannya. Perasaan sedih, marah dan susah bercampur aduk dalam jiwanya, melupakan sesaat rasa sakit akibat pukulan dan tendangan Ki Marta dan kawan-kawannya. Untunglah dia memiliki fisik yang kuat, sehingga dia masih mampu bertahan dari pukulan dan tendangan KiMarta dan kawan-kawannya. Namun karena serangan mereka yang terus bertubi-tubi, tak ayal lagi akhirnya Jaka Someh pun mulai merasakan payah dan kesakitan. Setelah sadar dengan rasa sakitnya yang sudah memuncak, Jaka Someh secara reflek berteriak. Dia menangis, karena sedih dan kecewa tak berdaya melawan Ki Marta dan kawan-kawanya
” Aduh Gusti…aduh…sakit...uuhh…ampun…mang”
Ki Marta dan kawan-kawannya tidak memperdulikan tangisan Jaka Someh, mereka terus memukuli Jaka Someh tanpa ada rasa belas kasihan sedikitpun. Akhirnya karena sudah tidak kuat lagi Jaka Someh pun pingsan tak sadarkan diri. Setelah mereka tahu bahwa Jaka Someh sudah tak berdaya, salah satu dari mereka berusaha menghentikan kawan-kawannya yang lain, dia berseru kepada teman-temannya
”Sudah, sudah. Bocah ini sudah sekarat…percuma kita menghabisinya, membuang tenaga kita saja…gak ada untungnya buat kita... yang penting dia sudah merasakan pelajaran...biar dia merasa kapok”
Ki Marta dan kawan-kawannya akhirnya berhenti memukuli Jaka Someh. Setelah puas melihat Jaka Someh tergolek di tanah, mereka pun pergi meninggalkan Jaka Someh yang sudah tak sadarkan diri, dan kembali menyeret lelaki yang tadi mereka bawa.
Bersambung ke Bab 3. Kesepian. Mengharapkan Teman untuk Berbagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H