Dia bercerita bahwa hasil penemuannya sudah dicoba ditawarkan ke berbagai institusi terkait termasuk diusulkan sebagai program karya alumni ITB angkatan kita yaitu 1974, tetapi tak ada satupun yang tertarik karena dianggap kurang "sexy."Â
Saya meminta kang Sonny untuk memaparkan model tersebut di kalangan dosen STT PLN, dan hasil penelitian dan percobaan selama lebih dari 8 tahun tersebut ternyata cocok sekali untuk mengolah sampah menjadi briket untuk pengganti bahan bakar.Â
Model tersebut diselaraskan dengan konsep Listrik Kerakyatan yang menekankan pemberdayaan masyarakat setempat sehingga diberi nama tempat olah sampah setempat (TOSS)  Energi yang dihasilkan dari briket tersebut bisa seratus kali lipat dari energi dari gas sampah yang  diproduksi oleh digester. Sudah banyak kelompok masyarakat yang berinisiatif untuk mengurangi, memanfaatkan kembali, dan mendaur ulang sampah.Â
Salah satu usaha yang paling tertata adalah model bank sampah yang dapat menciptakan hasil berupa uang dari berbagai usaha  mulai dari pupuk kompos, kerajinan tangan, biji plastik, sampai gas untuk masak.Â
Namun berbagai usaha tersebut masih meninggalkan masalah karena produk akhir seperti pupuk akhirnya menumpuk juga karena tidak begitu lancar pengguna dan peminatnya. TOSS lebih menarik dibandingkan dengan cara yang umum karena tidak diperlukan adanya proses pemilahan di awal yang merepotkan. TOSS juga lebih unggul karena produk akhirnya berupa bahan bakar yang tingkat penggunaannya jauh lebih besar dibandingkan dengan pupuk apalagi kerajinan tangan daur ulang.
Setidaknya ada 5 (enam) dasar pemikiran dari program TOSS
- Tidak diperlukan lagi tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang mengotori lingkungan masyarakan sekitar dan menimbulkan polusi udara dan kemacetan yang disebabkan oleh truk sampah yang mondar mandir di jalanan..Â
- TOSS memberikan alternatif usaha ekonomi kreatif yang bisa dijalankan oleh masyarakat setempat dengan dengan mengalihkan dana pengelolaan sampah dari pemerintah untuk menjadi pemasukan bagi pengusaha sampah rakyat setempat.
Memberikan alternatif solusi untuk mengatasi kekurangan pasokan listrik dengan teknologi sederhana sehingga mudah dikelola oleh penduduk setempat dengan metode pembangkit skala kecil tersebar (distributed generation).
TOSS bisa membangun kemandirian energi dan ketahanan energi nasional karena sepenuhnya menggunakan peralatan dalam negeeri dengan memberdayakan penduduk setempat
- TOSS menjadi sumber penelitian dan uji coba  di perguruan tinggi untuk berbagai disiplin ilmu untuk menjadikan sampah sebagai bahan baku utama untuk produk yang bernilai tambah lebih tinggi, baik sebagai bahan bakar maupun bahan bangunan
Pada uji coba awal di Pondok Kopi dan kampus STT PLN Duri Kosambi, TOSS masih merupakan gabungan sistim digester untuk sisa makanan dan sampah yang bisa membusuk dan sistim briketisasi untuk sisa sampah lainnya. Tetapi pada pilot project di Klungkung, TOSS bisa disederhanakan menjadi hanya satu jenis proses yaitu mengubah sampah menjadi pelet bahan bakar sebagai berikut:
- Sampah campuran langsung dimasukkan ke dalam bak bambu uura 2mx1mx1m , setelah botol aqua dan sampah berharga lainnya diambil untuk dijual.
- Sampah dalam bak bambu tersebut disiram dengan ragi "ATOSS" hasil karya kang Sonny Sundadjaya agar terjadi proses peuyeumisasi
- Sampah berikutnya dimasukkan lapis demi lapis dengan proses yang sama sampai bak penuh lalu ditutup dengan terpal plastik, dengan volume sekitar satu ton sampah.
- Setelah satu hari bakteri ATOSS akan bekerja dan sampah akan menjadi panas yang perlu dimonitor agar suhunya tidak lebih dari 60 derajat Celsius agar bakteri tidak mati
- Umumnya sampah yang telah dipeuyeum akan hilang baunya setelah tiga hari, tetapi kita biarkan sampai 10 hari, sehingga diperlukan 10 bak bambu untuk TOSS dengan volume 1 sampai 3 ton per hari.
- Setelah kering dan volume sampah menyusut sekitar sepertiganya, peuyeum sampah tersebut siap dicacah lalu dicetak menjadi pelet
- Pelet tersebut ditampung pada keranjang untuk digunakan sebahai bahan bakar kompor atau bahan bakar  pembangkit tenaga listrik.
Pembangkit listrik  TOSS secara konsep bisa dibangun dimana saja  dan teknologinya yang sederhana memungkinkan untuk dikelola oleh tenaga kerja setempat.  TOSS dapat memberikan solusi atas masalah pembuangan sampah dan mengurangi transportasi sampah ke lokasi tempat pembuangan akhir (TPA). TOSS yang berskala kecil memiliki keuntungkan dibandingkan dengan pembangkit listrik skala besar dari sisi penyediaan lahan karena lahan yang diperlukan per paket relatif kecil dan  bersifat swadaya di tingkat kelurahan..
Allah tidak akan menciptakan sesuatu yang sia-sia termasuk makhluk yang sangat kecil seperti bakteri, dan menurut kang Sonny, model TOSS ini didasari oleh ayat dalam Kitab Allah yang menegaskan bahwa Allah menciptakan berbagai tumbuh-tumbuhan atau dzat hayati sebagai sumber api bagi manusia... dan  saya teringat ketika di Sumatera Barat bahwa api itu artinya listrik. Insya Allah TOSS dalam skema Listrik Kerakyatan bisa memberikan jawaban bagi pemenuhan energi bagi insan di dunia