"Cukup!" potongnya, "jangan katakan apa pun lagi, terlebih tentang kematian!" tegasnya.
Jelas terdengar ada luka dalam kalimatnya, ada rasa takut yang begitu besar. Akhirnya kami hanya diam sampai di toko bunga, dan kutinggalkan dia di sana.
Sampai dirumah kulihat Nikho sudah berada di ruangannya. Dia melamun, tapi menyadari kedatanganku dengan kerlingan.
"Kupikir kau pergi sampai malam,"
"Bagaimana dia?"
"Tidak terlalu baik,"
Nikho segera menatapku, "Dia sakit?" cemasnya.
Kepalaku menggeleng.Â
"Lalu?"
"Nik, dunia kita penuh dengan resiko. Magnolia sadar akan hal itu, dia mulai resah!"
"Itu yang kupikirkan," sahutnya menyesap cairan dalam gelas di tangannya.Â