Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Novelet] Magnolia

17 Maret 2018   18:01 Diperbarui: 27 April 2019   09:39 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.pixabay.com


Part 7

Magnolia menunggu di teras rumahnya, pagi-pagi dia pulang dari rumah sakit karena harus ganti baju untuk pergi bekerja. Sudah lebih dari 30 menit dirinya menunggu dan Nikho belum muncul juga. Pria itu tidak pernah telat menjemputnya, dan jika dia berkata akan datang, maka dia pasti datang tepat waktu.

Magnolia mulai cemas, mondar-mandir sambil sesekali menggigiti kuku ibu jarinya. 

"Kenapa Nikho belum sampai juga? Aku bisa terlambat!" cemasnya lalu menyilakan rambut di sisi telinganya. "Jika aku berangkat sendiri, kiranya dia akan marah tidak?"

Tapi dia memutuskan untuk menunggu beberapa menit lagi. Dan terpaksa akhirnya dia berangkat sendiri ke toko bunga. Selama bekerja dia terus memikirkan ketidak-munculan Nikho pagi ini. Dan saat istirahat Magnolia memberanikan diri untuk menelpon Nikho. Tapi tak ada tanggapan.

"Apakah mungkin Nikho mendengar perbincanganku dengan Mama, dan dia marah, itu sebabnya dia ...."

Entah kenapa Magnolia merasa ada sesuatu yang hilang darinya saat Nikho tidak menampakan diri padanya. Dia sudah terbiasa dengan hadirnya Nikho di hari-harinya meski pada awalnya dengan terpaksa. 

Hingga hari-hari berikutnya, Nikho tak lagi datang menemuinya. Entah di rumah sakit, di toko bunga atau pun di rumahnya. 

Utari juga merasa heran karena Nikho tak pernah datang lagi ke rumah sakit.

"Apa terjadi masalah, belakangan dia tidak pernah menampakan diri?"

"Aku tidak tahu, Ma. Mungkin saja, dia sudah bosan."

Kenapa aku jadi menyalahkannya? Bukankah aku yang tak ingin dia ada di hidupku?

Harusnya aku senang saat dia tak pernah lagi datang menggangguku!

Tapi kenapa hati ini rasanya ....

Magnolia menggelengkan kepala untuk menepis semua pemikiran yang mulai berkecamuk.

Dia memutuskan untuk tidak mempermasalahkan hal itu. Bukankah semua itu justru baik, dirinya akan kembali hidup tenang. Tanpa ada rasa takut!

Dia mencoba menjalani hari-harinya seperti biasa, seperti saat dulu sebelum dirinya bertemu dengan Nikho. Dia terus meyakinkan dirinya bahwa dia tidak membutuhkan pria itu. Tapi nyatanya setiap malam dirinya membaringkan diri sembari menggenggam handphone, berharap sebuah nama akan muncul saat benda itu berdering. Berharap sebuah suara yang selama beberapa waktu sering didengarnya akan terdengar lagi. Tapi nama orang itu tak muncul jua. 

Tak hanya di malam hari menjelang tidur, bahkan setiap pagi dia masih sering termenung di teras. Seolah tengah menunggu seorang pangeran yang akan datang menjemput. Dan ketika dirinya menyadari tak seorang pun datang, baru dia melangkah pergi ke toko bunga. 

Sore itu sebelum mobilku menyentuh gerbang, handphoneku berdering. Nama Magnolia muncul di layar. Setelah sekian lama harus kuabaikan atas perintah Nikho, kuputuskan untuk mengangkat panggilan itu.

"Halo,"

"Van," suara Magnolia terdengar ditelingaku. "Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Nikho, bahkan kau ... menghilang begitu saja?"

"Kenapa kau tanyakan itu? Bukankah seharusnya kau senang, itu yang kauinginkan," sahutku.

Kediaman menyelimuti untuk beberapa saat.

"Bisakah kita bertemu, aku ingin bicara padamu!" pintanya.

Kuhentikan mobilku seketika, "Ok, di mana?"

"Di tempat biasa,"

"Sekarang?"

"Tahun depan."

"Apa!" 

"Tentu saja sekarang!" nada suaranya terdengar marah. 

"Ok," 

Aku pun segera melaju ke tempat kami sering mampir untuk sarapan. Aku tidak tahu kenapa Magnolia menanyakan Nikho saat kami tak menemuinya! Dan ketika sampai di sana, ternyata dia sudah duduk di meja yang biasa kami pesan. Wajahnya nampak memberikan ekspresi yang bercampur aduk saat aku muncul dan menghampirinya.

"Ada apa?" tanyaku sok dingin. Padahal itu bukanlah karakterku.

Dia menatapku lama, terlihat banyak pertanyaan betebaran di kolam matanya. 

"Kenapa Nikho tak pernah menjawab teleponku?"

"Karena dia sadar kau tak pernah berkenan dengan kehadirannya," sahutku singkat.

"Bukankah selama ini dia menyadari itu, tapi dia tetap memaksa untuk masuk dalam hidupku!"

"Lia, apa kau tahu Nikho sungguh memiliki perasaan yang tulus kepadamu? Dia jatuh cinta padamu, mencoba memenangkan hatimu. Tapi dia hanya bertepuk sebelah tangan. Dan kau, bahkan tidak ingin berdampingan dengannya!"

Magnolia melebarkan bola matanya, dia pasti menyadari bahwa Nikho sempat mendengar ucapannya di rumah sakit. 

"A-aku,"

"Dan kenapa sekarang kau menanyakannya? Apa kau juga memiliki perasaan terhadapnya?" desakku. 

"Van, aku ... aku tidak tahu," jawabnya menunduk. "Sudah kucoba untuk tidak mengharapkannya, tapi hatiku ...." dia justru menangis hingga tersedu. 

* * * 

Kuhampiri Nikho di ruang kerja, dia sedang sibuk menelpon seseorang. Matanya melirikku sejenak sebelum akhirnya mengakhiri perbincangannya di telepon.

"Ada apa, Van?"

"Besok, aku ada janji dengan seseorang. Tapi baru saja kudapat telepon dari Edi, ada masalah penting di pelabuhan yang harus kuselesaikan. Bisakah kau yang menggantikanku?"

"Di mana yang harus kugantikan?" 

Kuambil pulpen dan kertas di atas meja Nikho dan menulis nama sebuah hotel berikut nomor kamarnya, lalu kousodorkan kertas itu padanya.

Nikho menatap tulisan itu, "Di Hotel? Sebuah meetingkah?" tanyanya menatapku. 

"Kau tahu kita tak pernah meeting di kamar hotel, itu pertemuan pribadi. Sebenarnya aku ingin menemaninya, tapi saat ini aku sedang tidak mood. Kau saja yang menemuinya ya, siapa tahu kau butuh hiburan. Aku sudah terlanjur membuat janji dengannya kemarin," jelasku. Semoga saja Nikho tidak mencurigaiku.

"Van, sudah kukatakan saat ini aku tidak ingin berurusan dengan wanita!" tolaknya kesal. 

"Ayolah, Nik. Aku tidak mungkin membatalkannya begitu saja, kasihan dia."

"Dan sejak kapan kita kasihan pada mereka? Suruh saja cari pelanggan lain!" 

"Sebenarnya, dia wanita yang spesial untukku. Hanya saja ..., aku ingin menghindarinya. Jadi, kau mau kan?" ungkapku lalu meninggalkan ruangannya. 

Aku tahu Nikho pasti akan datang untuk mengetahui siapa wanita spesial untukku, karena dia tahu berapa besar cintaku pada Natasha. Dan setelah Natasha pergi, aku tak pernah berusaha menggantikannya dalam hidupku. 

Magnolia berusaha memejamkan mata, tapi kantuk tak jua menyapanya. Dia hanya membolak-balik tubuhnya di atas kasur. Perbincangannya sore tadi di restoran membuat perasaannya tak karuan. Apakah Nikho masih mau menemuinya lagi? Atau justru akan melupakannya begitu saja.

-----o0o-----

Next, Part 8

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun