"Dengar, Tuan. Kutegaskan sekali lagi, aku tidak menjual diriku. Jadi simpan saja uangmu karena tidak semua wanita bisa kau beli," seru Magnolia sersya melepaskan cengkraman Nikho dengan kasar lalu melangkah pergi. Sebuah taksi yang kebetukan lewat segera dicegatnya.
Nikho termenung di tempatnya berdiri. Rahangnya mengeras, perlahan jemarinya mengepal, meremas angin di dalamnya hingga tak ada ruang tersisa.Â
Baru kali ini ada wanita yang menolaknya mentah-mentah, dia pikir dia siapa? Dia hanya penyanyi caffe, yang tak jauh berbeda dari yang lainnya. Murahan!Â
Tapi bukan Nikholay Ivanovich jika tak bisa mendapatkannya.
* * *
Kulihat Nikho menghampiri mobil seorang diri, aku yang bersandar kap mobil segera menegakkan badan ketika dia sampai padaku. Ekspresinya datar, tapi aku melihat ada kekecewaan di matanya.
"Kau bicara padanya?" tanyaku.
"Apa dia pikir dirinya itu dewi?" celetuknya dengan nada sinis, "jika itu yang dia mau, aku akan meruntuhkan pertahannyanya. Kita lihat sampai di mana dia bisa bertahan!" geramnya.
"Nik, kau terlalu terfokus padanya. Kita masih memiliki banyak urusan lain. Lagipula, dia itu wanita. Jangan kau samakan seperti saat menghadapi musuh!"
Nikho menatapku. "Aku sudah tidak tahan lagi!" serunya memasuki mobil. Kuikuti, duduk di sampingnya.
"Tidak, Nikho. Tidak sekarang," cegahku.Â