"Kamu pikir cuma kamu saja yang kuatir!" geramnya, "dan harusnya kamu itu sadar, Rocky. Kamu sudah bertunangan, nggak seharusnya kamu mendekati Sonia!"
"Memangnya kamu siapa, pacarnya?" balas Rocky, "bukan kan, kalian hanya berteman!"
Dimas mengeraskan tulang pipinya, "setidaknya aku nggak menjadikan Sonia sebagai selingkuhanku!" sindirnya. Kini Rocky yang melotot,
"Jaga bicaramu!" seru Rocky meninju wajah Dimas hingga terpental. Sonia dan Edwan terperangah dengan kejadian itu. Dimas memegang pipinya, menoleh Rocky dan langsung membalas. Kedua pemuda itu beradu fisik. Ini kedua kalinya dalam satu hari Dimas berkelahi.
"Cukup!" teriak Sonia. Tapi keduanya tidak peduli, "hentikan!"
Dimas dan Rocky tetap berkelahi, sementara Edwan hanya menonton dengan menggeleng lemah. Karena merasa kesal suaranya tidak digubris maka Soniapun masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya rapat. Edwan melirik lalu kembali menatap dua pemuda yang masih berargumen dengan kekuatan fisik itu.
Tak berapa lama Sonia keluar kembali dengan pakaian rapi, ia tak membawa tas karena tasnya sudah raib entah kemana. Edwan menatapnya heran, "kamu mau kemana?"
"Aku kan sudah bilang Om. Aku ada janji dengan seseorang,"
Ekspresi terkejut jelas terlukis di wajah Edwan, "jadi..., bukan dengan salah satu dari mereka?" tanyanya menunjuk Rocky dan Dimas tanpa menoleh ke arah yang ditunjuknya. Sonia melirik keduanya,
"Mereka bahkan nggak menggubris suaraku Om, biarkan saja!" sahutnya kesal.
"Kalau begitu, mau kuantar?"