Beberapa detik berlalu, aku mulai merasakan sakit di dadaku. Sangat sakit, kutatap dokter Hardi di depanku. Aku ingin mengumpat, tapi rasa terkabar di dalam dadaku membuatku hanya bisa kejang-kejang. Dokter Hardi tersenyum, "ini yang aku sukai nona Diana, menikmati ekspresi pasienku saat meregang nyawa. Kau tahu, rasanya..., aku merasa menjadi Tuhan!" ucapnya.
Kulirik Nando yang menikmati ekspresi Dokter Hardi yang sedang menikmati pemandangan di depannya. Aku. Sedang meregang nyawa. Aku bahkan tak mampu merasakan apapun lagi selain tubuhku yang sepertinya kejang-kejang lemah, pandanganku mulai kabur. Tapi aku masih bisa melihat wajah iblisnya yang sakau menatap maut yang merenggut jiwaku perlahan. Dia benar-benar menikmatinya.
Â
__________o0o__________
Â
©Y_Airy | 29 September 2016
[caption caption="banner event. dok. FC"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H