Keesokan harinya aku mendatangi salah satu dari nama yang aku catat beserta alamatnya, aku mendapat pengakuan kalau Ibu Folensia memang menjadi pasien Dokter Hardi dan juga meninggal karena serangan jantung. Awalnya mereka juga tak percaya, tapi setelah melihat file riwayat kesehatan yang ditunjukan oleh Dokter Hardi mereka percaya. Ibu Folensia menjadi pasien Dokter Hardi selama lebih dari setahun, bahkan mereka sudah cukup dekat seperi teman. Sampai-sampai sebagian harta dari Ibu Florensia diwariskan kepada Dokter Hardi. Menurutku itu aneh, meskipun terlalu dekat, tapi tetap saja mereka tak memiliki hubungan asmara atau keluarga. Jadi itu sungguh janggal. Akupun mendatangi nama lainnya. Dari semua keterangan yang kudapat, sungguh membuat aku mulai curiga dengan Dokter Hardi.
Tapi apakah mungkin, bukankah dia seorang dokter? Dari penelusuran yang kulakukan Dokter Hardi termasuk salah satu orang terpintar di negara ini dengan AQ melebihi rata-rata. Selalu lulus dengan nilai terbaik, memang dia sedikit sombong dan membatasi pergaulan.
* * *
"Kau bisa membantuku kan?"
"Kau tidak memiliki bukti yang kuat, kami tidak bisa melakukan pemeriksaan tanpa ada bukti kuat yang mendasarinya!" sahut Nando, dia seorang polisi, dia temanku.
"Tapi aku yakin dia sudah memalsukan file riwayat sakit Ibuku dan beberapa pasiennya. Aku mohon Nando, aku yakin dia melakukan sesuatu pada Ibuku, seharusnya Ibuku masih hidup!"
"Diana,"
"Aku tidak gila, aku tidak mengada-ngada. Aku yakin ada yang salah dengan Dokter Hardi!" aku mulai emosi, karena Nando selalu berkata aku belum bisa menerima kematian Ibu,
"Ok Diana, tenangkan dirimu. Aku akan mencoba mencaritahu lebih lanjut,"
"Sungguh?"
Nando memgangguk. Aku sedikit lega akhirnya. Tapi ini adalah pembicaraan pribadi antara aku dan Nando, untuk sementara kupikir jangan banyak orang yang tahu. Karena akupun tak ingin Dokter Hardi tahu aku mencurigainya.