Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi Horor dan Misteri] Watch

26 September 2016   15:41 Diperbarui: 26 September 2016   17:46 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Aku terpaku. Menatap tubuh-tubuh yang terserak di sekelilingku, mereka tak bergerak. Entah, mereka semua mati atau ada beberapa yang pingsan! Tapi aku baru saja memenangkan pertarungan sengit dengan mereka, aku tak tahu siapa mereka, dan mengapa mereka menginginkan kematianku?

Keringat dingin membanjiri sekujur tubuhku, nafasku tersengal. Kucoba untuk menelan ludah, tapi salivaku menguap entah kemana, menciptakan rasa sakit di dalam tenggorokkanku. Kusapukan pandanganku ke setiap sudut ruangan, lalu perlahan, kutundukkan kepala menatap kedua belah telapak tanganku yang diwarnai bercak merah. Aku yakin itu campuran darahku dan darah mereka, ada sedikit rasa perih di punggung tanganku. Dan sepucuk Glock - 17 masih tergenggam erat di tangan kananku, aku ingat tadi aku berhasil merebutnya dari salah satu mereka, benda yang membuatku masih bertahan hidup. Segera saja kulempar benda itu menjauh dari tanganku, aku tak mau lama-lama berurusan dengan senjata api. Kepalaku sedikit pening akibat hantaman bertubi, dan rasa panas merayap di sisi perutku sebelah kiri. Kuraba, basah, merah! Sebutir timah panas berkaliber 9mm menyerempetnya. Kurasa aku patut bersyukur.

Patut bersyukur?

Aku terjebak dalam hal gila ini dan haruskah aku bersyukur karena masih bertahan? Bukankah aku telah membunuh begitu banyak orang, meski itu kulakukan untuk mempertahankan nyawaku!

Kembali aku menatapi tubuh-tubuh yang bergelimpangan disekitarku, entah bagaimana aku bisa mengalahkan mereka semua! Aku memang pernah bergabung ke Merpati Putih, tapi tak kusangka, keinginan untuk mengetahui kenapa kau harus mati itu bisa mengalahkan maut itu sendiri. Aku tahu ini tidak berakhir disini, justru mungkin ini adalah awal. Mungkin diluar sana masih banyak pemburuku yang lain, aku tidak tahu kesalahan apa yang telah kuperbuat hingga aku pantas mati. Tapi aku tidak ingin mati, tidak sekarang tanpa tahu kenapa?

Kulangkahkan kakiku menghampiri tubuh yang paling dekat denganku, aku mulai memeriksa tubuhnya hingga menemukan sebuah Lencana.

LENCANA!

Dan kartu keanggotaan. Tunggu! Apa ini?

Mereka polisi, intel! Tubuhku melemas perlahan, kupikir mereka adalah anggota mafia atau apa! Sekali lagi kutelan sisa ludah yang mengering di dalam mulutku. Kujatuhkan kedua benda itu, aku sungguh tak mengerti. Kulirik beberapa tubuh lainnya, lalu menghampiri tubuh dari pihak yang berbeda. Aku yakin mereka berbeda pihak karena merekapun saling serang demi memperebutkan nyawaku.

Kuperiksa juga tubuh itu, aku menemukan handphone, pisau lipat di sepatunya. Dan juga..., sekali lagi aku tercengang. Lebih membuat tubuhku lemas. Dinas Rahasia!

Aku terduduk seraya menyeka wajahku. Kenapa mereka memburuku? Apakah mereka pikir aku seorang teroris atau gembong begitu? Sampai mereka harus mengirim agent demi membunuhku? Kenapa mereka tak datang secara baik-baik dan menginterogasiku dengan semestinya? Aku ingin tertawa. Pantaskah aku tertawa saat nyawaku di ujung tanduk?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun