Ku angkat wajahku menatapnya, dia menerawang dalam ke bola mataku yang berwarna coklat, "can you take care this for me?" pintanya pelan.
Ku turunkan kembali pandanganku ke cincin di telapak tanganku sejenak sebelum kembali ke manik matanya yang berwarna hijau tua, bibirku sedikit gemetar saat aku menyahut, "itu artinya kau akan kembali kan?" harapku.
Dia tak menjawab. Aku tahu! Dia sendiri tak bisa menjamin keselamatan nyawanya. Mataku mulai memanas, aku tak pernah merasakan cinta yang seperti ini! Aku sangat ingin dia tetap disisiku. Aku tidak ingin dia pergi, jika bisa, aku ingin waktu berhenti saat ini juga. Agar dia tak terenggut dariku.
"Can I come whit you?" pintaku dengan sebulir bening mengalir dipipiku. Dia menggeleng menyeka airmataku, "No," desisnya. Kupejamkan mata untuk menelan kekecewaan ini.
"Please," aku memohon.
Dia merengkuhku dalam dekapannya. Kupecahkan tangis disana. Kami berpelukan untuk saling meresapi bunga-bunga yang sedang mencoba bersemi. Lalu dia menjauhkanku darinya, menatap kolam mataku yang menumpah lalu mendongak ke atas, beberapa gugusan bintang membentang di kelamnya langit. Dia menyunggingnya senyum manis,
"Aku tak pernah berfikir sebelumnya, ternyata langit malam..., sungguh indah!"
Aku ikut mendongak ke atas, beberapa bintang berkelip disana, cahaya bulan sabit ikut bergabung untuk meramaikan. Debur ombak bersahutan disisi kami,
"Kau harus sering menatap mereka," ujarku,
"Bulan apa ini?" tanyanya, mulai kembali menatapku. Akupun membalas tatapan mesra itu, "September," sahutku.
"It's special month,"