Warna senja terlihat lebih mengelam, tidak seemas biasanya. Tapi senja tetaplah indah, apapun warnanya. Sudah beberapa menit, mungkin hampir limabelas menit kami hanya diam. Duduk berdampingan menatap senja yang segera terselimut malam, kusenderkan kepalaku di bahunya. Merasakan usapan lembut tangan kekarnya di lenganku. Andai selamanya bisa seperti ini!
"Vin!" desisnya.
Bisa kurasakan kegusaran dalam hatinya, tapi tak sehebat ketakutan yang menjalari nadiku. Ini adalah hari ke 17 dalam bulan September, tapi ini adalah hari ke-11 kebersamaan kami. Sesuatu yang begitu singkat, hanya dalam hitungan hari, dia begitu memikat hatiku. Tidak! Bukan hitungan hari, mungkin hanya hitungan menit, jam, entahlah...
Ku pejamkan mata untuk meresapi apa yang baru saja terjadi. Disini, di bibir pantai yang mempertemukan daratan dan lautan, dia mengajakku berdansa, debur ombak yang beriringan, suitan camar yang bersahutan, dan desir pasir menjadi lantunan merdu yang mengiringi. Hembusan angin yang menyapa merdu menambah suasana menjadi lebih syahdu, ucapan tulusnya masih bisa ku dengar,
"Vin,"
"Ng?"
"Terima kasih, kau mengisi hidupku!"
Ku jawab dengan tawa ringan yang merdu, masih kubiarkan kepalaku di dadanya. Kami masih bergerak lembut bersama, "apakah itu artinya kau mencintaiku?" desisku kemudian.
Dia terdiam. Membuatku ikut bergeming, dia turunkan tangannya hingga menyentuh telapakku, menggenggamnya erat. Jadi, kuangkat kepalaku menatapnya. Aku sedikit mendongak ke atas karena tinggiku hanya sebahunya.
"I don't know what kind of this feel, but...," dia menatap mataku, "terima kasih kau bersedia mencintaiku, meski tahu siapa aku. Kau mengenalkanku pada dunia baru,____ yang membuatku merasa lebih..., man-manusiawi!"
"Jhon,"