Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gadis Kecil Dalam Sekapan Itu...

5 September 2016   14:35 Diperbarui: 5 September 2016   14:41 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Maaf, anda siapa. Dan siapa Radit?" tanyaku bingung.

Wanita itu melepaskan pelukannya, "mas, ini aku. Ratih, istri mas. Mas...tidak ingat padaku?" tanyanya heran, dia menatapku kian dalam. Lalu kembali merabai wajahku, berhenti di pelipisku. Mengurut luka disana, seolah dia mengenali luka itu.

"Aku tidak mungkin salah, kau mas Radit. Suamiku, aku mencarimu kemana-mana mas, semua orang bilang kalau kau sudah meninggal. Tapi sebelum aku melihat jasadmu, aku tidak akan berhenti mencarimu. Dan Tuhan menjawab do'aku..., kau kembali pada kami!" dia kembali memelukku erat. Lebih erat dari sebelumnya, ada rasa nyaman saat tubuh kami menyatu. Selama beberapa bulan aku tak mampu mengingat siapa diriku, apakah ini jawaban yang Tuhan berikan. Wanita yang sedang memelukku adalah istriku, ibu anak itu. Jadi, anak itu...

"Aku..., aku punya istri?" desisku lirih. Tapi dia mendengarnya, lalu melepaskan pelukannya. Kembali menatap dan memegang wajahku dengan lembut, dia mengangguk dalam isak.

"Gadis kecil itu...?" tanyaku yang tak mampu kulanjutkan.

Wanita itu menoleh ke belakang, seorang polisi menuntun gadis itu mendekati ibunya. Ratih, nama wanita itu. Dia langsung memungut tubuh sang gadis ke dalam gendongannya, menghadapkannya ke arahku, "Ini Rania, putrimu!"

Aku termangu, menatap wajahnya yang manis, dengan sorot mata yang berbeda. Tidak lagi sama saat berada dirumah itu, bibirku bergetar, "put-putriku!" desisku perih.

Tanganku yang terborgol di depan kurangkakkan ke arah wajahnya, tapi gadis itu langsung memalingkan muka memeluk ibunya sambil histeris, "mamaaaa...," teriaknya.

Tangisnya sungguh membuatku ngilu, tergores rasa perih yang sangat menyakitkan di dalam hatiku. Gadis kecil itu adalah putriku, setelah sekian lama terpisah, saat kami bertemu kembali...,

Aku menjadi salah satu anggota dari komplotan penjahat yang menculiknya, dia mengenaliku. Dia meminta pertolonganku, perlindunganku. Tapi saat dia menangis ketakutan aku justru membentaknya, aku mengancamnya akan menyakitinya!

Aku tahu saat ini mungkin dia tak hanya takut terhadapku, tapi juga membenciku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun