Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pengantin Papaku (2)

29 Agustus 2016   23:08 Diperbarui: 30 Agustus 2016   20:53 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ndrew, please...!"

"Ok-ok!" Andew melepaskan diri dariku dan kembali bergabung dengan Amar yang sedang bersenang-senang di sofa empuk itu. Aku langsung melarikan diri saja, aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi pada diriku. Aku pulang lebih awal dari biasanya.

"Tumben, anak papa pulang cepat. Kesambet!" sindir papa yang sedang menikmati berita tv di ruang tengah. Ku gabungkan saja diriku bersamanya, dengan lusuh.

"Kau seperti sedang patah hati. Tapi itu tidak mungkin kan?"

"Kalau iya!" sahutku. Papa terdiam. Menatapku aneh. Lalu dengan lemas kuceritakan soal wanita itu, memang tidak semua. Aku tak beritahu namanya, pekerjaannya. Dan papa tertawa sampai terpingkal-pingkal. Membuat mukaku merah dan panas, "apa yang lucu?" kesalku beranjak ke kamar.

Tapi tak ada gunanya juga memang bercerita ke papa, papa bukan pria yang tepat untuk kumintai pendapat bagaimana bisa menakhlukan hati wanita. Karena aku yang biasanya lebih ahli, sejak wanita itu pergi papa tidak pernah bersama wanita lain. Aku tidak tahu kenapa papa masih mengharapkannya setelah pengkhianatan keji yang dialaminya?

Tapi tunggu!

Ada yang aneh, kulihat papa bisa tertawa lepas tanpa beban. Tawa yang sudah sangat lama sekali hilang dari wajahnya, aku bahkan lupa kapan terakhir kali papa tertawa seperti itu! Mungkin saat melihatku menyuapi kucing kesayanganku dengan makananku ketika umurku empat tahun. Aku terus memaksa kucing lucu itu makan sereal gandum sarapanku sampai dia marah dan mencakar-cakarku. Tapi aku tak menyerah, aku tak mau kalah dengan kucing. Akhirnya aku malah berkelahi dengan kucingku itu, papa pikir kami sedang bercanda, makanya papa tertawa. Hingga akhirnya, kami harus pergi ke rumah sakit. Flo, kucing kami itu kritis dan akhirnya mati. Aku sendiri mendapatkan perawatan medis secara kusus. Aku masih ingat betul kejadian itu. Tapi kurasa itu bukan tawa papa yang terakhir,

Ah, daripada memikirkan hal itu lebih baik aku mencari cara untuk bisa bertemu lagi dengannya. Jadi akan kulakukan segala cara untuk bisa menemukannya.

* * *

Entah sudah berapa kali kulirik arlojiku, malam semakin larut dan aku masih disni. Menunggu. Keluar-masuk mobil. Terkadang mondar-mandir sampai di tegur oleh satpam yang keliling. Aku tak peduli. Meski langit akan runtuh aku tak akan pergi dari sini sampai tujuanku tercapai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun