Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Bulan Kemerdekaan RTC] Pita Merah Putih "Pertiwi"

17 Agustus 2016   07:20 Diperbarui: 17 Agustus 2016   08:28 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Lalu?" akupun masuk ke dalam menghampirinya sambil celingukan. Berharap menemukan sesuatu, kulihat ia kembali membuka laci meja belajarnya.

"Semalan pita itu kutaruh di...," ia mencoba mengingat, "di sisi kepalaku saat aku tidur!" tambahnya. Kutatap wajahnya yang mungil itu, ia juga memakai seragam merah putih yang cemerlang.

"Kalau begitu..., mungkin tersembunyi di balik selimut yang belum kau lipat itu. Atau..., di bawah bantalmu!" kataku sedikit menyindirnya. Biasanya gadis itu selalu membenahi kasurnya setiap bangun tidur, tak pernah lupa.

"Tadi aku sedikit bangun kesiangan karena semalam tak bisa tidur, lalu selesai mandi...tempat tidurku sudah rapi. Spreynya juga sudah di ganti dan___!" ia terdiam seketika. Membesarkan bola matanya, "spreynya di ganti!" serunya secara spontan, sedikit lantang, "pasti Bunda yang menggantinya. Bunda...," teriaknya sambil berlalu. Ia berhambur meninggalkan kamar yang ia biarkan berantakan sekali. Ku ikuti kemana ia pergi.

Ia menghampiri ibunya yang sedang menjemur pakaian di halaman belakang, "Bunda!" panggilnya membuat sang ibu menoleh.

"Hei Sayang, kenapa kau belum berangkat? Bukannya hari ini kau ada upacara tujuh belasan?" tanya ibunya,

"Bunda melihat dua pita merah putihku?"

"Pita?" tanya ibunya heran seraya mengerutkan dahinya, gadis itu mengangguk mantap. Tanpa ragu. Sang ibu memutar matanya seolah berfikir,

"Maksudmu..., pita itu?" tunjuk sang ibu ke arah pita merah putih di samping bendera dengan warna yang sama di sebuah jemuran. Mereka basah. Sang gadis membuka mulutnya tanpa suara,

"Maaf sayang, saat membereskan kamar tidurmu Bunda tidak memperhatikannya. Pita itu tergulung di dalam sprey dan ikut masuk ke mesin cuci. Tapi..., hanya ada satu pita Tiwi!" sahut Ibunya,

"Itu dua," tunjuk sang gadis yang bernama Pertiwi itu. Ia dinamai pertiwi dengan harapan bisa membanggakan dan mencintai tanah pertiwi ini, "bendera itu kan juga pita, pita negara kita. Aku harus membawanya!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun