Aline bersikeras ingin ikut membantu mencari Sonia, ia berpegang erat pada pinggang Erik. Ia lihat, banyak sekali para pria yang peduli terhadap gadis cantik yang mengaku sebagai adik Erik itu, dari yang om-om sampai ke ABG seperti Dimas. Jadi, itukah sebabnya Dimas tak sedikitpun melirik kakaknya? Karena pemuda itu lebih menyukai Sonia. Seperti apa sosok Sonia sebenarnya?
Aline mulai penasaran, ia jadi ingin mengenal Sonia juga.
* * *
"Eh, kok si Ryan belum nyampe juga sih!" seru Indra. Ia duduk di atas motornya, salah satu tangannya memegang kaleng softdrink yang separuh isinya sudah berpindah ke dalam perutnya.
"Tadi Ryan menelponku, katanya berubah jadwal. Sore tadi dia baru berangkat, jadi..., nyampenya bakal dikit maleman!" tukas Evan, "hem.., kenapa kamu nggak kasih tahu kita?" kesal Haris,
"Sorry, lupa!"
"Masih muda udah pikun, gimana entar kalau udah tua. Pentesan...," cibir Indra, Evan merubah mimiknya menjadi garang, melotot pada temannya, "pantesan apa?" geramnya.
"Enggak!" dalih Indra memindahkan arah bola matanya ke tempat lain. Kalau ia bilang pantesan di selingkuhi, tuh cabe-cabean sering kamu pikunin kali janjinya. Si Evan pasti bakal ngamuk, saat ini ia tak mau persoalan itu di bahas, apalagi nama si cewe di sebutin.
Tapi mata Indra malah menemukan sesuatu yang membuatnya tercengang, ada sorot beberapa motor dan dua mobil mendekati markas mereka. Evan dan Haris pun ikut memandangi rombongan itu, dari motornya mereka tahu itu Fimas dan teman-temannya. Lalu salah satu mobilnya juga mereka kenali, mobil Rocky. Ada apakah ini?
Ketiganya berdiri tegap, melangkah maju beberapa. Siap menyambut tamu-tamunya. Mobil dan motor-motor itu merapat, para pengemudinya keluar. Menghampiri ketiga pemuda yang sudah bersiap jika di ajak duel. Evan berada di paling depan, Dimas melangkah lebih rapat kepadanya.
"Wah, ada patroli apa nih. Pawai?" cibir Evan dengan senyum sinis. Tampak beberapa orang di belakang Dimas terlihat tegang.