Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Mengidap AIDS

16 Maret 2016   21:08 Diperbarui: 16 Maret 2016   21:19 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ku pikir..., pak Lubis akan memberiku les tambahan di rumahnya. Jadi sore itu aku datang dengan semangat, tapi apa yang terjadi...," buliran bening mulai ku biarkan jatuh berserakan di pangkuanku, "dia memaksaku melayani nafsu bejatnya, aku menolak dan mencoba melarikan diri___tapi ternyata..., dia tak sendiri di rumah itu. Ada seorang temannya yang aku tak pernah melihatnya, orang itu membantunya. Mereka mengikatku di ranjang...," ku rasakan pundakku berguncang, "pak Lubis berkata padaku, bahwa dia sudah lama menyukaiku, sayangnya..., dia sudah beristri...!" ku tutup mulutku dengan telapak tangan lalu menyeka airmataku sendiri, rasakan nafasku sudah mulai sesak dan tak sanggup lagi meneruskan ceritaku.

"Mereka melakukannya secara bergilir___dan aku hanya bisa pasrah, bahkan Tuhan yang amat aku cintai..., tidak mengirim seorangpun..., untuk menolongku!" ku biarkan tangisku kembali pecah, "aku hancur... tapi tidak akan ada yang percaya..., karena Pak Lubis..., di kenal baik dan santun di tempat kami. Aku hanya bisa diam, sampai hari kelulusan!" kembali ku seka airmataku. Lalu aku diam cukup lama untuk bisa menghirup nafas dengan lega.

"Aku memang lulus, meski aku yakin..., sebenarnya ada mata pelajaran yang harusnya membuatku tertahan. Pak Lubis menepati janjinya, meluluskanku. Jadi, ku anggap saja itu impas. Meski dalam hati aku tetap tidak rela. Tapi aku mencoba melupakan hari itu. Di saat aku mulai bisa menata hidupku, melupakan peristiwa itu, memiliki seorang kekasih dari satu fakultas yang sama dan berencana menikah setelah lulus. Aku mengalami kecelakaan kecil, dan dari kecelakaan itu..., kami..., mengetahui..., bahwa aku terinveksi HIV!"

Hizam menatapku dalam, dan ku balas tatapan itu, "kekasihku menyebutku wanita jalang, dan bertanya siapa saja yang pernah meniduriku. Dia bahkan berfikir..., bahwa aku sering menyelingkuhinya di belakangnya___dia meninggalkan aku, dengan semua caci maki. Dan keluargaku..., tak ada yang percaya padaku saat ku katakan bahwa pak Lubis yang telah memperkosaku sewaktu SMA. Tentu saja, mereka tidak percaya. Karena pada kenyataannya, pak Lubis tidak mengidap AIDS. Warga desa mengusirku, begitupun keluargaku___" ku hirup udara melalui hidungku, "aku sempat ingin mengakhiri hidupku, jika saja..., bu Ani tidak menemukanku di pinggir sungai saat aku hendak melompat. Beliau mengajariku banyak hal, hingga membuatku bertahan..., sampai detik ini. Beliau yang bukan siapa-siapaku...," ku rasakan buliran bening kembali menggenang di pipiku.

"Sekarang kamu sudah tahu, aku bahkan sudah kotor. Lebih baik kamu anggap kita nggak pernah ketemu dan...," mulutku terbungkam ketika telunjuk Hizam merapat di bibirku, "kamu sudah baca suratku kan?" tanyanya. Aku tak menjawab, tapi ya, aku memang sudah membaca suratnya.

"Lalu kenapa kamu masih ragu, kamu satu-satunya wanita yang aku inginkan untuk menjadi istriku!"

"Pikirkan nama keluargamu!" sahutku menyingkirkan telunjuknya, "mereka tidak akan tahu!" sahutnya pula. Aku menggeleng pelan,

"Aku tidak mau ada kebohongan!"

"Tidak harus memberitahu, bukan berarti berbohong. Camelia..., bersediakah kamu menikah denganku?" pintanya sekali lagi. Dan lagi. Aku hanya diam terpaku menatapnya. Janjinya begitu menggodaku. Aku juga mencintainya.

Aku mencintainya.

Aku juga ingin bisa hidup hersamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun