Cukup!
Cukup Liana menjadi bahan mainan pria itu, ia tidak akan membiarkan Anthony memperlakukan istrinya seenaknya. Ia mengambil nafas dalam untuk mendapatkan kembali tenaganya, ia tidak akan membiarkan Liana mengorbankan diri untuk menyelamatkan nyawanya, karena ialah yang harus menyelamatkan wanita itu, bukankah ia adalah suaminya!
Anthony tersenyum puas, "itu manis sekali!" desisnya dalam nada kemenangan, Rizalpun mengepalkan tinjunya dengan keras, tapi ia tetap bertahan untuk sementara waktu agar pisau di lehernya itu menyingkir, ia tak mungkin membiarkan dirinya mati sekarang atau ia tidak akan bisa menyelamatkan Liana.
* * *
"Lo yakin itu orang yang waktu itu?" seru Panjul yang baru saja turun dari angkot yang ia parkir tak jauh dari kediaman Liana, ia segera datang ketika Rino menelponnya, "gue yakin betul, tuh lihat!" tunjuknya pada mobil Audi hitam milik Anthony yang masih ia ingat.
"Sialan!" maki Panjul,
"Tapi sepertinya tuh orang bawa kacung banyak banget, klo kita langsung masuk kita nggak akan menang!"
"Tapi kita nggak bisa diem aja!" seru Panjul seraya melangkab, Rino menahan lengannya, "lo mau kemana?" tanyanya, Panjul menatapnya kesal.
"Ya nolongin Rizal!"
"Lo jangan gila ya, mending kita cari bantuan dulu!" saran Rino, Panjul terdiam. Rino benar juga, mereka harus cari bantuan, "kalau gitu telepon polisi!" suruh Panjul.
"O iya, kenapa gue nggak kepikiran ya!" sahutnya menggaruk lehernya, Panjul menatapnya aneh dan kesal, Rino menyadari itu lalu bertanya, "kenapa?"