"Aku tidak peduli lagi dengan ambisi gilamu, aku punya urusan sendiri!"
"Maksudmu tentang dendam masalalumu, kau pikir kenapa aku memintamu bergabung?"
Anthony melebarkan matanya, "jadi kau tahu itu?" sahutnya mengencangkan genggamannya pada botol, terdengar tawa dari suara di telinganya.
"Aku tahu banyak hal Anthony, seharusnya kau berhati-hati. Dan jangan mencoba melawanku!"
"I said, I don't care!" katanya menekankan kalimat itu, "aku punya jalanku sendiri, persetan denganmu!" lanjutnya menutup telepon itu lalu membanting botol di tangannya ke tembok. Menciptakan noda di sana, dan pecahan kaca berserakan di lantai. Ia menggerutu sendiri, masih ingat perkataan Liana siang tadi.
Sementara Ivana kembali mengamati Liana dari dalam mobilnya di depan mininart, ia ragu apakah ia akan menghampiri wanita itu atau tidak. Karena iapun bingung apa yang harus di lakukannya jika menghampirinya!
Hari itu Liana tak menunggu petang untuk menutup warungnya, ia pikir ia perlu merenungi semua percakapannya dengan Anthony dalam keadaan tenang di rumah. Ivana mengikutinya saat Liana berjalan pulang.
* * *
Nicky menghabiskan sisa harinya dengan kesibukan kembali, karena hanya itu yang bisa menepiskan bayangan Liana dari otaknya. Ia tak berhenti menerima telepon sambil mempelajari file di tangannya, ia memang tampak sibuk sekali di dampingi Mela. Tapi biasanya kalau sudah jam pulang kantor ia akan menyuruh Mela pulang lebih dulu dna melanjutkan semuanya sendiri.
* * *
"Seharusnya kau beri saja dia pelajaran!"