"Ada apa?" tanya Daren, Nicky meriliknya tanpa jawaban dan sepertinya Daren bisa sedikit menerka, "soal Rafi?" Nicky mengangguk, ia menilik arloginya.
"Sepertinya aku harus jalan sekarang, oya....nanti ambil saja laptopku di meja. Kau tahu password kan Mey!"
"Yep, kecuali jika kau sudah menggantinya!"
Nicky berdiri, "satu lagi, jangan kecewakan aku di meeting ini. Atau kalian yang harus membayar kerugiannya!" guraunya, "jangan khawatir, aku juga belum mau jatuh miskin!" sahut Daren. Nicky tertawa ringan sambil berlalu.
"Menurutmu kenapa Nicky pulang lebih awal, ini bukan hanya soal Rafi kan?" tanya Hendra, "jika kalian mendengar apa yang terjadi pada Liana semalam kurasa kalian paham kenapa Nicky pulang lebih awal hari ini!" sahut Mela. Semuanya jadi saling menatap karena mereka memang tahu dari berita tv dini hari tadi.
* * *
Saat Nicky pulang Liana sedang tertidur, ia membaca buku sampai ketiduran. Bahkan buku yang ia baca masih terbuka dan menelungkup di dadanya.
Nicky langsung masuk ke dalam kamar dan menemukan Ivana sedang memeluk Nino disana, langkahnya terhenti seketika. Ia berharap yang ia temukan sedang terlelap adalah istrinya, jadi ia bisa memberikan kejutan kedatangannya. Mungkin dengan sebuah ciuman hangat, atau sekedar kecupan ringan. Ia mendengus kesal lalu meninggalkan kamar itu tanpa menyentuh pintunya, artinya pintunya di biarkan saja terbuka.
Ia mulai celingukan di ruangan besar itu, kamar lain yang Liana singgahi selain kamar mereka atau bekas kamarnya sendiri dulu pastilah kamar kakeknya. Maka iapun melangkah ke sana, membuka pintu perlahan dan melongokan kepalanya ke dalam. Terlihat Liana memejamkan mata dengan hembusan lembut di dadanya, sebuah buku naik-turun di atas tubuhnya. Iapun memasukan sisa tubuhnya ke dalam lalu menutup pintu perlahan, berjalan perlahan pula ke arah ranjang.
Perlahan ia memungut buku yang berada di atas tubuh istrinya, meletakannya di atas nakas. Lalu ia duduk di sisi ranjang menatap wajah lelap Liana. Ia mengangkat tangannya untuk menyingkirkan beberapa helai rambut yang menghiasi wajahnya, begitu ujung jemarinya bersentuhan dengan kulit wajah istrinya ternyata itu membuat Liana bergerak. Ia segera saja menyingkirkan jarinya dari sana, Liana memutar kepalanya seraya membuka mata perlahan. Nampak samar olehnya sebuah bayangan di depannya. Setelah memperjelas pandangannya ia sadar kalau wajah suaminya itu nyata ada di depannya. Ia segera bangkit duduk,
"Nicky, kau sudah pulang. E....ouh...aku ketiduran lama sekali ya!" katanya panik, "ini masih jam 2 kok!" sahut Nicky, Liana sedikit mengernyit menatap suaminya,