"Nek, apa mereka orangtua Aila?"
"Semoga saja sayang!"
"Aila akan punya ayah, Aila akan punya ibu. Aila nggak akan di sebut anak kali lagi kan nek?"
Gadis itu mencecar pertanyaan bertubi-tubi pada neneknya, yang sesungguhnya mulai resah karena takut kehilangan Aila. Tapi apadaya, dirinya sudah renta. Jika suatu saat takdir memanggil, ia akan meninggalkan Aila seorang diri di dunia. Maka ia lebih rela jika Aila pergi darinya sekarang bersama orangtuanya.
* * *
"Ini nenek Rumi ya?" tanya seorang wanita cantik yang sudah pasti orang kaya di lihat dari pakaiannya, "i-iya!" sahut Nenek Rumi terbata,
"Pasti nenek sudah tahu maksud kedatangan kami, kami sedang mencari anak perempuan kami yang hilang beberapa tahun lalu nek. Jika anak kami itu masih hidup, usianya 6 tahun!"
Aila juga berusia eman tahun.
"Kata pak Rw, nenek Rumi menemukan anak di sungai enam tahun lalu kan nek. Boleh saya bertemu dengannya?"
Aila muncul di hadapan mereka, dua orang suami istri itu sempat terpana karena gadis cilik itu amat cantik. Mirip dengan anak-anak kota, anak-anak gedongan. Berkulit putih,berparas rupawan, berambut indah. Mirip sekali dengan putri Salju. Tapi suami-istri itu lalu merubah ekspresinya ketika melihat cara berjalan Aila yang pincang.
Mereka berpandangan lalu menghampiri Aila, memutar tubuhnya, dengan tangan gemetar wanita itu menaikan seluruh rambut Aila untuk melihat tengkuknya.