Sebenarnya aku tahu, hanya untuk pengalihan keterkejutanku saja. Dia duduk di sampingku seraya menyodorkan sebuah bag kertas warna coklat padaku, entah apa isinya, ku tatap benda itu, "hadiah kecil, kebetulan honorku baru turun!" katanya, ku pungut benda itu karena jika ku tolak pasti dia akan marah.
"Terima kasih kak!" aku sedikit tersipu, tatapannya tajam tetapi teduh, "ada waktu nggak?" tanyanya, "kalau ada temenin aku jalan yuk!" ajaknya. Aku pikir tak ada salahnya aku menemaninya pergi keluar, suntuk juga di rumah mulu.
Kami pergi seharian, nonton bioskop, makan, main di timezone, dan lain-lain. Setelah merasa lelah kak Lana menawarkan untuk datang ke apartemennya, tempatnya tidak terlalu besar tetapi berkesan megah, elegan, rapi. Dia menyuruhku beristirahat di kamar saja sementara dirinya mandi, aku tercekat ketika melihat beberapa foto terpajang di dinding kamarnya. Kak Lana berpose menantang hanya dengan bikini yang sanga minim, bahkan ada yang tak mengenakan sehelai benangku. Jantungku benar-benar hendak meloncat keluar di buatnya.
Lalu ku langkahkan kaki ke meja di dekat jendela, terpajang begitu banyak majalah di rak. Ku pungut satu, ku perhatikan sampul majalah itu yang ternyata adalah gambar kak Lana, masih dengan pose yang fiuhhh....., ternyata kak Lana memang seorang model, tetapi dia model majalah pria dewasa. Pantas saja aku tak pernah melihat gambarnya di majalah biasa, ku buka halaman perhalaman tapi sebenarnya aku tidak memperhatikan apa sisinya. Hanya untuk iseng.
"Anak kecil tidak boleh melihat majalah seperti ini!" katanya memungut majalah di tanganku dan meletakannya di meja, ku toleh dia dengan mata protes, "aku bukan anak kecil!"
"Begitu!"
"Jadi kamu benar seorang model ya?" tanyaku membuatnya mengernyit, mungkin dia heran karena aku memanggilnya kamu bukan kak, aku sendiri heran. Lalu dia tersenyum, "kalau kamu mau mandi ini handuknya!" katanya menyodorkan sebuah handuk padaku.
Selesai mandi ku pinjam baju santainya, dia sibuk berbicara dengan seseorang melalui telepon, seperti mengenai pemotretan, mungkin itu fotografernya!
Aku duduk di tepi ranjang, menunggunya selesai. Ku sapukan mataku ke seisi ruangan, memang tak ku dapati sepotongpun foto cowo di sana, sama seperti kamarku. Satu-satunya foto pria yaitu foto ayah!
"Eh, kamu sudah selesai!" katanya berjalan ke arahku, "kak, kamu tidak punya pacar?" sekarang aku yang bertanya, mulai kepo!
"Kenapa?"