Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Elgar

4 November 2015   23:53 Diperbarui: 5 November 2015   00:13 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali, alunan nada-nada itu menggema, menggetarkan gendangku, sesuatu menusuk jantungku, mendesir, akupun yakin, lengkung rembulan di atas juga merasakan hal yang sama.

Beberapa malam berlalu sama, di jam yang sama, semenjak aku menempati rumah ini 4 hari yang lalu. Sebuah nada mengalun syahdu, membentuk sonata yang indah, awalnya aku hanya diam menikmati hingga suara itu melenyap terbawa angin malam. Tetapi tidak malam ini, entah dorongan apa yang menyeretku, tetapi sepasang kakiku merambah pelan, perlahan, mengikuti arah nada yang makin lama makin dekat dan makin merdu. Jantungku berdebar lebih kencang, lebih dasyat, nada-nada itu berasal dari rumah di belakang rumah baruku. Bulu kudukku mulai berdiri tegak, tapi rasa penasaranku mengalahkan ketakutanku.

Kata orang-orang yang tinggal di sana adalah seorang wanita tua, usianya sekitar 50 tahun. Berarti belum terlalu tua kan, mungkin dia memang seorang pemain biola yang handal!

Aku menembus pintu belakang, melewati kebun bunga yang tak terlalu luas, lalu melompati pagar yang hanya setinggi pinggang. Pekarangan belakang rumah itu yang berada tepat di belakang rumahku memang tak terawat, terlihat dari semaknya yang meninggi nan rimbun, membuat suasana jadi seram. Ku masukan telapak tanganku ke saku jaket pink ku, lumayan dingin juga nih malem!

Berada di pekarangan rumahnya, membuatku makin jelas mendengar alunan nada-nada itu, entah kenapa aku ingin sekali tahu bagaimana orang yang memainkan biola dengan sangat indahnya. Kata orang-orang dia aneh, tapi menurutku dia itu unik, menciptakan rasa penasaran yang tinggi. Aku terbengong di sana, tak tahu harus berbuat apa, bagaimana aku bisa masuk rumah ini, kalau menerobos pasti di kira maling!

Ah, bodo amat! Pikirku.

Ku dekati pintu usang nan sedikit lapuk di bagian belakang itu, ku dorong perlahan dan ternyata tak di kunci, atau mungkin memang sudah tak bisa di kunci karena rusak.

Terdengar sedikit bunyi derit, ku pelankan doronganku hingga pintu itu terbuka semua. Aku tak ingin terlalu keras mendorongnya karena tak ingin membuat pintu itu roboh. Suara nada-nada yang ku dengar semakin jelas, ku ikuti saja nada itu mengalun. Semakin indah dan makin membuat sekujur tubuhku bergetar. Akupun naik ke lantai dua, berjalan perlahan berharap tak ketahuan.

Sampai di ruang santai lantai dua, ku dapati seseorang sedang bermain biola di dekat jendela, di sebelahnya adalah meja kayu setinggi pinggang. Ia menatap menghadap keluar jendela, memainkan sebuah lagu dengan indah, aku tahu lagu itu, itu adalah salah satu sonata Elgar yang paling ku suka. Meski aku tak bisa bermain biola.

Aku mendekat perlahan, lalu ia berhenti bermain. Memutar kepalanya sedikit seolah mengetahui kedatanganku. Lalu kembali menghadap ke depan.

"Hai, ehm....aku nggak pernah lihat kamu. Oh tentu saja, aku baru empat hari di sini!" kataku, tapi dia diam saja. Lalu ku ciba lagi mengajaknya bicara, "namaku Elisa, permainan kamu bagus!" dia masih tak menyahut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun