"Iya nek, nenek rajin sekali pagi-pagi. Nggak di bantuin?"
"Siapa yang mau membantu nenek!"
"Loh, pemuda yang tiap malam bermain biola itu...cucu nenek kan?"
Nenek itu malah menatapku dengan sorot aneh yang tak mampu ku terka, lalu ia tersenyum padaku dengan manis dan berucap,
"Iya cu, cucu nenek memang suka sekali bermain biola. Tapi....,"
Ku tunggu jawabannya yang membuatku sedikit tegang karena tiba-tiba wajah sang nenek mendadak sedih, "tapi cucu nenek sudah meninggal satu setengah tahun yang lalu!"
Jrengggggg......
Tubuhku kaku seketika, mataku membuka semakin lebar, mulutku juga terbuka tanpa suara. Tiba-tiba sekujur tubuhku gemetaran, kakiku seolah tak mampu menopang tubuhku lagi. Seluruh bulu yang tumbuh di tubuhku berdiri tegak olah ucapan sang nenek. Cucu nenek sudsh meninggal, lalu siapa yang setiap malam memainkan biola itu.
Siapa yang ku temui semalam, dan ku ajak bicara?
Dan aku berjanji akan datang lagi?
Tubuhku makin gemetaran, tiba-tiba mataku jadi berkunang. Lalu tubuhku ambruk seketika.