Hatiku tambah terbang melayang di buatnya, Henry emang paling bisa deh!
"So....jawabannya?" tagihnya, seketika aku terpaku, menemukan matanya yang tak lepas dari mata bulatku, "ehm....," aku jadi gugup, "aim....," rasanya lidahku seperti tersnegat listrik, susah sekali menari hanya untuk bilang ya!
"Sayang....!"
"Aku mau!"
Dia melebarkan senyum, "aku tahu!" sahutnya, dasar! Bikin malu aja, kalau udah tahu ya nggak usah nanya, langsung aja lamar ke ayahku!
"Sini!" katanya memungut cincin dari tanganku lalu memungut tangan kananku, menyematkan cincin itu di jari manisku yang lentik, ia memandanginya sejenak lalu mencium punggung tanganku dengan lembutnya.
Ternyata malam ini memang istimewa, aku memang berharap Henry melamarku tak secepat ini, meskipun...akupun tak menolak.
"Oya, kamu belum buka...hidangan yang satunya!" katanya mengingatkan, oy iya...kan ada dua hidangan special yang dia persiapkan untukku, yang tadi cincin lamaran, sekarang apa ya? Jadi tambah berdebar, juga gemetaran. Perlahan ku buka penutup itu, dan....
Mataku membeliak lebar seketika, yang ada di atas piring itu adalah sebuah note. Kecil, mungil, dan sepertinya....aku pernah melihat. Ku kerlingkan mataku padanya, kembali...dia tersenyum menanti reaksiku.
Ku pungut saja note itu, aku mulai membukanya dengan tangan gemetar, dari halaman awal hingga tulisan terakhir yang benar-benar membuatku tercengang bukan kepalang. Ku tatap dia seketika, lalu ku jatuhkan kembali mataku ke tulisan itu,
"Seorang pria, akhir dua puluhan sepertinya. Rambut hitam pekat, seperti sedang menghindari sesuatu, entah apa itu. Sebuah ketakutan tersirat di matanya tapi dia masih bisa menangkan diri. Seperti sedang melarikan diri, entah dari apa? Tapi sepertinya dia bukan orang jahat!"