Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cengkrama Api dan Kabut

23 September 2015   20:13 Diperbarui: 23 September 2015   20:58 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  

Kau bertanya padaku, kenapa aku meraung?

Hanya karena ku tak bisa lahirnya tetes airmata, bukan berarti aku tak bersedih, bukan berarti aku tak peduli, akupun punya rasa, terselip jerit dengan tangis mereka,

Lihatlah.....

Kini aku terkenal kejam, menyesaki ruang-ruang tanpa sisa, menebar pekat, dunia menghujat! Kenapa kau tiupkan nafas iblis padaku? Menyeretku hinggap pada dada mereka,

 

Heah.....

Kau lemparkan salah padaku, seolah semua adalah kehendakku, apa kau pikir ini juga inginku? Apakah aku bangga ketika berkobar, berkibar merah mengudara, mengangkara, menyantap segala kering yang ada, mengubahnya jadi arang, jadi abu,

Mungkin aku tak memiliki airmata, tapi bukan berarti aku tak bisa menangis, apa kau juga tak bisa denger jeritku? Aku lebih dulu tercela sebelummu, lebih dulu terhujat, karena saat aku menari semuanya lenyap, hancur, ketika aku menjerit, semua melantah, tak tersisa,

 

Tapi aku tercipta karenamu, aku ada karena kau ada, kau tak bisa menghentikan diri-akupun juga, jengah.....

Aku mulai bosan menjadi hitam, menciptakan perih, bahkan merenggut, katakan ..., berapa lagi yang harus jatuh? Harus terenggut, ku tak mau terus menjadi iblis, mencuri senyum mereka, melolos nyawa mereka, getir....

Ku rasakan diriku menjadi kejam, memang..., bukan hanya kata mereka, aku bosan mendengar keluh, bosan terus terhujat, meski mungkin memang disinilah semestinya aku berada, tapi aku tak ingin terus mengantar mereka pada gurat perih yang melahirkan tangis-tangis lara,

 

Kau pikir akupun ingin, mungkin kau terhujat kejam, tapi aku lebih dari itu, karena segala yang ku sentuh pastilah hancur, tapi siapakah yang sebenarnya tiupkan nafas iblis padamu? Aku! Nyatanya.....

Aku juga terhembus oleh ruh iblis, tersulut tangan-tangannya, siapa mereka? Yang menyulut sepercikku di atas kering rerumputan lalu pergi? Sembunyi di balik punggung,

Jangan kita saling menghujat, baiknya kita saling bantu, katakan saja pada angin, jangan bawa jiwaku meluas, katakan padanya, sampaikan salam pada langit, tuk bawa segenggam hujan, tuk mandikanku....

 

 

Jakarta, 23/09/15

Y_Airy

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun