"Alisa.....!"
"Aku harap, ini terakhir kalinya kamu menemuiku Luke!"
"Kamu bahkan masih tak bisa menerima kehadiranku, Alisa. Apakah sedikit saja...., aku benar tak punya tempat di hatimu?" harap Lucas, "Luke....., bukan seperti itu, hanya saja.....," Alisa terdiam, "tidak akan ada gunanya," lanjutnya dengan suara yang tertahan, mengetahui dimana dirinya berada saat ini.
"Aku berterima kasih karena kamu telah membantuku di pengadilan, tapi itu ....kamu tahu, tidak akan mengubah apapun di antara kita!"
"Aku masih berharap kebenaran akan terungkap, meski keadaan Cheryl tidak memungkinkan. Tapi setidaknya.....kamu bisa terbukti tidak bersalah!"
"Kamu tahu tentang Cheryl?"
"Kekasihnya datang padaku, dan ia menyesali vonis yang harus kamu terima. Tapi satu-satunya yang bisa membuktikan bahwa kamu tidak bersalah adalah Cheryl dan Nadine, dan saat ini kondisi mereka tidak bisa menjadi syarat kan. Hanya saja....!"
"Aku sudah menerima semua ini sebagai takdirku, dan aku sudah memaafkan Cheryl atas apa yang di lakukannya!"
"Lalu apa kamu juga sudah memaafkan Ridwan atas apa yang di lakukannya?"
Kali ini Alisa tak mampu menjawab, "mungkin aku nggak punya hak, tapi aku nggak bisa memaafkan tindakannya di pengadilan, yang akhirnya membuat kamu harus menerima vonis seberat ini!"
Alisa sedikit memutar bola matanya, "ya, aku sudah memaafkannya!" desisnya hampir tak terdengar, tetapi matanya sembab dan berair. Mengingat hal itu hatinya kembali perih, "dan....aku mohon, aku ingin menjalani hariku di sini dengan tenang, aku minta padamu dengan sangat....., jangan datang lagi kemari!" mohonnya.